September 20, 2013

Genetik, Cantik and Just Merely Normal

Share it Please


Iri sama gadis-gadis ini, they are so beautiful :*

Kenapa wanita selalu menjadi sorotan publik mengenai fisiknya? Ini selalu menjadi pertanyaan besar bagi saya. Sunatulloh sih, tapi tetap saja, itu tidak nyaman. Khususnya bagi perempuan yang memang dikaruniai ‘nilai lebih’ di estetika penampilan fisiknya, as you know seperti saya.

Berayahkan lelaki dengan wajah ala tambang minyak yang penuh gundukan jerawat, bukan hal super kalo wajah saya punya deskripsi yang sama. Itu genetik. Syukur alhamdulillah, ibu saya dikaruniai wajah super jelita bagai bidadari langit, tapi sayangnya itu hanya berlaku saat beliau dipandang dari jarak minimal radius 50 meter, hehe. Karena jika Anda menyorot beliau lebih dekat, akan Anda temui satu wajah penuh dengan freckles, titik titik coklat susu imut yang memenuhi wajah putih beliau, well, kalo menurut saya sih not a big problem, since those freckles always made her semakin mirip bule, dan semakin cantik.

Maha Besar Alloh dengan segala ciptaanNya, seakan wajah saya belum seperti pinang dibelah dua dengan wajah Ibu (minus hidung jambu airnya Ayah) Alloh memberi saya cap alami agar saya sungguh terlihat sebagai anak kandung beliau berdua. Fix. Saya berjerawat dan ber-freckles. Anak ayah, dan anak Ibu. Saat jerawat bisa diajak kompromi maka saya seperti bule yang ndeso dengan kulit merah karena bekas samar jerawat. Dan bila jerawat tidak mau sembunyi, maka official, saya look like a monster L Haha.

Saya dulu sih masa bodo dan egepe dengan apa yang jadi omongan orang. Tapi lama kelamaan semakin bertambahnya usia dan melihat teman-teman disekeliling saya mendewasa dengan cantik, saya jadi berintrospeksi diri, and honestly menjadi ngga pede. Sebenarnya disayangkan, karena bukankah wanita terpilih itu bukan dilihat dari fisiknya? Nah betul sekali. Tapi perlu diketahui bahwa usia 21 tahun itu adalah usia krisis, dimana mau tidak mau, suka tidak suka, kelebat kelebat pikiran ‘ngga penting yang maen fisik’ muncul dan susah untuk dienyahkan.

Padahal kalau ditilik lebih lanjut saya sendiri bakal kewalahan bila harus menjadi pejuang cantik. Rela berlama-lama di depan kaca dan mematut diri dengan make up ini dan pernik itu. Mengorbankan banyak hal agar penampilan tetap menawan. Tapi kalau saya tidak memberi effort buat muka ini, kok ya kayak gadis ignorant, yang pemalas, yang tidak bersyukur dengan karunia yang sudah dilimpahkan oleh Rabbnya, dikaruniai basic lumayan tapi dianggurin dan panen jerawat pula.

I just want to be normal, without acnes or freckles.


Tapi ya it seems like you asked for life without any problems. Quiet impossible

masih harus terus belajar bersyukur

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar =D

Find Me !

Facebook  Twitter  Instagram

Blogroll

About

a complete pack of girl-turn-to-woman in her 20's something