March 31, 2009

Gadis dalam Perjalanannya (Part.1)

seperti janjiku sebelumnya,
(dan sepertinya memang sudah ditagih beberapa kali oleh seseorang, *afwan ya dek, mengertilah, menulis itu membutuhkan timing yang tepat. :D )
ada yang ingin kubagi,
sebuah cerita perjalanan,
kenapa seorang karbon hitam yang dulu itu, menjadi intan yang sekarang.

emang yang gimana sih intan yang sekarang itu ?? (wah, kalau ini silakan dijawab masing2),
saya malu kalau disuruh mengakui secara pribadi X)

biar ngga bingung, kita buat kronoligis-nya saja,
biar keliatan kayak rada high, pake cara-cara penjelasan di diktat sejarah.

1992 -- Juni, lahir dari wanita yang luar biasa

1994 -- Januari, wanita luar biasa itu berhijrah, dan membawa semua perubahan dalam hidup dan kehidupannya, nafas dakwah mengalir dalam gerak langkah keluarga, indah.

1995 -- gadis tiga tahun itu 'diajak bermain *???* di TPA' bersama kakaknya. menyebalkan, tapi berdampak sesuatu yang tak pernah dikiranya.

1999 -- Ramadhan, kelas dua cawu II
"masuk pesantren kilat ya sayang?"
"ngga mau, nanti jauh dari ibuk. nanti kalo ngga kuat puasanya gimana? kalau ngga bisa bangun makan sahur gimana?"
"ngga papa. yang penting usaha, tahun kemaren kan udah belajar puasa?"
"tapi dijengukin tiap hari ya?"
"Iya..."
walhasil, gadis kecil nakal kelas II SD itu masuk ke sebuah pesantren umum sebagai anak paling kecil dan paling merepotkan yang pipinya selalu jadi sasaran untuk dicubitin mbak2 kuliahan T_T. dg result ramadhan taun itu : ngakunya sih puasa sebulan penuh, tapi beberapa kali secara sengaja mengunyah marbels warna-warni dan meneguk aqua.
udah gtu membuat kamar mandi pesantren butek-butek. dan selalu ketiduran kalo pelajaran fiqih malemnya lebih dari jam 9.

2000 -- Ramadhan, masuk lagi ke pesantren kilat. di timing dan pesantren yang sama [karena paksaan dan alasan2 memaksa dari wanita luar biasa itu]. dan entah kerasukan demit mana, sekali lagi dengan ketidakjeraan, gadis bundar nakal itu membuat kamar mandi pesantren butek2, lagi. dan kali ini, perbuatannya tertangkap basah. karena membuat mbak2 kuliahan itu harus piket menguras kamar mandi tiap hari. tapi untungnya, tidak diadukan ketika sertifikat ijazah peserta pesantren kilat ramadhan itu diambil. tapi, alhamdulillah, puasanya genap, 29 setengah hari! (setengah hari sisanya makan siang pake mie goreng instan kalo ngga salah, lupa karena alasan apalagi itu, wkwkk)

2002 -- Ramadhan, setelah satu tahun 'vacuum' menimba ilmu di pesantren kilat, semangat berapi-api terlihat jelas menggelora lagi di keras keinginan wanita luar biasa itu.
"buk, kan udah gedhe. ngga usah ya? temen2ku ngga ada yang ke pesantren. lagian kan ngga libur full penuh. ntar sekolahnya susah, ntar kalo ulangan gimana, ntar...ntar...ntar..."
dan beribu ntar-yang lainnya..
tapi, memang seperti itulah wanita hebat itu. dengan sekali angguk, dan lirikan mata mengancam, lenyap sudah semua harapan. anggukan itu keramat, tak terbantahkan.
lantas, menyusul tiga pekan membosankan yang penuh kepataharangan. banyak sekali ilmu-ilmu yang tidak masuk ke dalam logika batok kepala. lucunya, wanita hebat itu mengakui hal yang sama, diakhir beliau pulalah yang bertanggung jawab, mengembalikan semua doktrinisasi kurang bijak itu, menghilangkannya dari ruang memori kepala.

2003 --
"ibuk, aku pake kerudung ya???"
"coba tanya ayah deh."
"yah, temenku disekolah ada yang pake kerudung. aku juga pengen, boleh?"
"lah mbak sendiri gimana? mantep ngga? kalo ngga usah sih besok dulu aja"
"yang jelas kepengen"
"ntar kalo pake kerudung, ayah ngga mau liat dibuka-buka lagi lho...sekali pake, selamanya harus pake. itu konsekuensinya. gimana?"
perbincangan terhenti sampai disitu.
hingga akhirnya wanita luar biasa itu menengahi dengan lembut.
"sudah, sekarang dimantepin dulu aja. lagian tinggal satu tahun lagi kamu lulus SD, sayang nanti kalo bikin seragam baru. smp, ??"
gadis itu mengangguk. mulai berniat.
setelah percakapan itu, gadis itu sudah mengerti tiga hal. kain kerudung, peniti dan jarum pentul yang lumayan sering.

2004 -- Juli
"ibuk, aku nazar lho, kalo masuk smp **** , aku mau pake kerudung!"
"nazar?"
"iyaaaaaa....."
"lhoh, kok harus pake nazar? kan itu sesuatu yang wajib ..lagipula kepengennya kan udah dari dulu??"
"oooww, gag boleh ya emangnya?"
"kalo udah niat, ngapain harus nazar??"
"iya deh, iya..ciiph! oke. "
dan setelah itu, entah berapa buah baju dan kerudung yang terambil gadis kala wanita luar biasa itu membawanya belanja, untuk mempersiapkan masa depan di dunia nyata.


. . . to be continued . . .
Continue Reading...

March 02, 2009

pelajaran berharga, terkadang harus datang dalam berbagai cara...

Hidup sendiri seperti kertas putih, pada awalnya. tak bisa ditebak, gambar seperti apakah yang akan tersuguh di sana. indah sekilas, tapi membosankan jika tak berwarna. lalu warna pun mulai datang, memoles, lembut dengan sapuan kuas. mencari warna-warna yang pas.

tapi terkadang susah itu muncul ketika harus memadu-padankan warna2 itu supaya pas -yang meski terkadang kontras dan tidak jelas-.


pernah berfikir sih, mau mencoba tak hanya mencoretkan berbagai warna dalam hidup, kalau bisa sih sekalian menyemprot dan mengguyurkan cat-cat warnanya. menjadikan itu sebagai analogi tantangan hidup. lagipula, apakah hidup harus terus menjadi sesuatu yang lurus-lurus? lantas di mana sense-nya?


huft, pada akhirnya pun pertanyaan retoris itu tertelan kembali.
tak jadi terburai di luar dinding tubuh ini.
sudah dua kali. ya dua kali. Allah membiarkan aku menjadi saksi hidup atas peristiwa yang seakan sengaja DIA perlihatkan. sebuah pelajaran yang tak terkatakan, hanya sirat-sirat hikmah penuh pembelajaran, tapi itu nyata...terlihat mata, terjangkau kaki berjalan dan itu...
itu membelit hati, penuh dengan emosi...dengan sepenggal rasa yang abstrak berantakan.

well, dua pelajaran ini sama, sama-sama penuh makna. sama-sama terjadi pada orang -entah kenapa, tidak pernah sebelumnya terbesit bahwa pelajaran ini akan datang dari dia- yang notabene punya kedudukan relasi yang sama denganku. mereka teman, mereka kakak.
dan ini sama-sama menggenangkan air mata..

masa kecilku berlalu dengan baik. di pematang sawah, menjaring yuyu-yuyu kecil got dekat rumah, bermain boy-boynan, jek-jekan, terjatuh saat yeye lompat tali, petak umpet menjelang maghrib, memainkan boneka barbie, berbagi kertas-kertas lucu berwarna dalam binder..dan banyak hal lainnya. sungguh bersyukur, semua itu kuhabiskan bersama mereka. ketika tak lebih dari usia seragam merah putih itu melekat pada tubuhku...
hingga masa remaja tanggung itu datang,
banyak hal berubah. wusss !!! sekejap saja pelataran komplek perumahan itu kosong. tak ada lagi suara bising kaki-kai menjejak tanah saat berlari petak umpet, tak ada lagi gelak tawa. hanya sesekali, kala akhir pekan datang, satu dua dari kami berkumpul, menghabiskan waktu di teras mushola atau di dalam studio musik. bercengkrama. berbagi.

tapi akhirnya aku sadar, sudah berbeda. mereka sudah benar-benar remaja. kakak-kakakku itu sudah remaja. hanya aku, yang paling muda diantara merekalah yang tersisa.

dan sekali lagi takdir berbaik hati memilihku, entah kenapa itu harus aku. ah iya, sebuah pertanyaanku yang tak terjawab.
waktu itu, dua smp, dalam saat classmeeting, seorang teman perngurus OSIS bertanya banyak tentangku. menuntutku menceritakan tentang kehidupanku. dan kuceritakan padanya, semuanya. dan dia tiba-tiba menceritakan hal yang sangat di luar topik pembicaraan kami. itu terjadi di bagian ketika aku menceritakan teman-temanku. dan darinyalah semua ini berawal. dia berkata :
"Tau nggak, ***** hamil. dan dia sedang diasingkan. supaya bisa melahirkan"

shock.
entah sedih, entah kaget. ada bagian dari hati ini yang merasa hampa. too confused too describe how it was feel. ada bulir bening menggenang....

tapi.....
kenapa harus aku yang tau? kenapa harus melalui aku? dari sekian banyak orang yang berada di sekelilingku, kenapa aku?? padahal berita ini benar-benar terkuak lebih dari tiga taun setelah informasi itu datang ke telingaku...

dan kasus saat itu pun tertutup. masih terlalu kecil untuk memahami. waktu itu, yang ada hanya pertanyaan2 memojokkanku padaNYA.

empat tahun berlalu, aku bukan lagi remaja tanggung. sudah ada di usia perbatasan. usia yang 'cukup' untuk menjemput kedewasaan.

dan sekali lagi DIA ingin menjelaskan padaku. ingin memberikan hikmah pelajaran itu. yang membuat weekendku sekali lagi penuh dengan air mata.

kejadian itu terulang, kembali menerpa seseorang yang sangat dekat, yang kupanggil mbak saat kecil dulu. my childhood friend!
kali ini empat tahun setelah dulu, air mata itu berarti banyak.
aku sudah paham. sudah sangat paham. sangat mengerti tetes air mata ibu yang saat itu juga menemani.
ibu ingin aku bercermin pada dua kejadian di sekelilingku. ibu ingin aku tak hanya mengambil pelajaran, tapi lebih lagi ibu ingin aku bersyukur, bersyukur dan terus menjaga diri. menjadi gadisnya yang qurata'ayun. menjadi gadis tangguh di zaman yang seperti ini. dan saat melihat permintaan itu, entah kenapa ada perasaan kuat di hati ini, bahwa aku tak kan pernah berani menyakitinya. tidak, jika ibu yang meminta demikian. na'udzubillah...

ah gadis,...
kau harusnya bagai mawar
yang indah dan berwangikan harum yang tersebar
ah, cantik...
harusnya kau tidak terlalu baik
punyalah duri untuk bisa mencabik
segala yang menurutmu sangat mengusik
ya, seperti mawar,
yang memiliki duri di tangkai batang-batangnya
bukan untuk menjadi gadis sok kuat,
tapi untuk menjaga sesuatu yang menjadikanmu bermartabat

(berharap sangat pelajaran ini berharga untukku dan kesemuanya...)
Continue Reading...

Find Me !

Facebook  Twitter  Instagram

Blogroll

About

a complete pack of girl-turn-to-woman in her 20's something