June 03, 2010

Cinta Kematian, Mati Tak Memisahkan Cinta



Cinta Kematian
mati tak memisahkan cinta. 

Suatu hari nanti, pada kematian yang dekat,
berjanjilah kepadaku, kau akan lanjutkan hidup.
Tajam kilat mata beningmu tak boleh meredup.

Katakan padaku, kau akan tetap tertawa lepas
bahkan terbahak, hingga terbungkuk-bungkuk.
Menangislah untukku, sedikit saja.
Jangan sampai meninggalkan sisa noda,
di sudut mata mu yang memesona.

Suatu hari nanti saat kematian bercakap,
simpan aku sebagai kenangan, tak lagi seutuh badan.
Peluk semua tentangku, dalam dekap hangat hatimu.
Namun, sisakan lapang hatimu untuk penggantiku.

Bukan kita meminta pada Tuhan
untuk mengambil siapa yang pertama.
Bukan jahatku menjadi gilirannya.
Tapi aku jahat, kalau kepergian ini membuat cinta menderita.

Jangan tanya pula mana yang lebih salah.
Menemukanmu begitu terlambat,
ataukah kepergianku yang teramat cepat?

Aku akan menemanimu,
saat kematian telah lewat.
Menawar candu rindu dengan senyum, tangis, tawa
dalam hidupmu selanjutnya yang dibagi bersama.

Aku diantara bahagiamu bersamanya.
Aku diantara cintamu untuk mereka.
Aku diantara hatimu dengan Sang Pemilik Cinta.

Aku akan menjemputmu,
setelah kematian selesai bercerita.
Kembali, untuk tetap setia.
Nantikanku...

(ditulis karena tiba-tiba kematian berkelebat di depan mata)
Continue Reading...

June 02, 2010

Cooking !

Memasak. Satu dari sekian banyak aktivitas yang sangat amat jarang sekali tersentuh tangan selama ini. Selalu saja muncul alasan ketika tagihan dari ibunda tercinta mampir ditelinga, “Kapan sih mau masakin ibu? Apa besok kamu mau jadi ibu tapi ndak bisa masak?” Ya ndaklah bu! Batinku. Siapa sih ndak pengen jadi seorang istri dan ibu yang baik besok? Tapi...hehe, namanya juga anak zaman sekarang, banyak banget hal menarik lain yang sekiranya lebih asyik dikerjakan daripada nongkrongin dapur dan berselimut bau-bau-an tidak jelas. 

But, finally the time comes, i’ve three months holiday to nothing, sayang banget dong. Jadilah berniat mencoba berbagai resep yang memang nyantol banget di lidahku. Pertama kali coba-coba jadi koki, masaknya kwetiau goreng (i’m freak to eat this one), kondisi di dapur heboh banget jadinya. Waktu itu ibu lagi pergi kerja, jadilah yang menemaniku ngobrak-abrik dapur Cuma bibi yang kebetulan dirumah. Panci, pisau, mangkok, sepatula yang nganggur kepake semua. Selama proses memasak kwetiau 400 gram (dalam ukuran kering) itu, sampai harus tiga kali pindah panci buat ngolahnya. Habis ukurannya nanggung semua. Yang kecil pancinya ngga muat, yang gede, gede banget (yang aku taksir biasanya pasti buat masak kalo lagi ada buka bersama di masjid). 

Begitu sudah menyerah mengolah lebih lama, akhirnya dengan sangat tidak yakin aku bilang ke ayah “Ayo makan siang yah, makannya udah jadi”. Ehm, ngga pede babar blas, gimana pede, di lidahku rasanya kebanyakan merica, udah gtu, mie kwetiaunya putih banget, berkesan ngga di kasi bumbu, padahal kan udah ampe setengah botol sendiri tu kecap yang dicampur. Dari kecap manis, kecap asin, sampe kecap tiram (lhoh,?!). 

Setelah di meja makan, sambil sedikit berdehem, “Gimana yah? Enak ndak?”
Tanpa mengalihkan pandangan dari piring ayah jawab “Kurang asin”.... hehe, akhirnya Cuma bisa nyengir lebar, meminta supaya cengiran itu diartikan sebagai “Ya maaf. Namanya juga amateur...”

***

Menu kedua menancap di mata secara tidak sengaja. Waktu itu usil memegang bungkusan sebuah penyedap rasa di dapur. Kebetulan dibalik bungkusnya ada resep masakan nusantara. Dan voila, kutemukan sebuah resep yang kelihatannya bakal sedap menggoyang lidah. Nama resepnya Pencok Ayam Kuring. Selain cara bikinnya simpel (menurutku), bahan2nya banyak dan aneh2 (jadinya bikin penasaran), plus no santan, yeay! –untuk perhatian saja, ngga di-inget juga gapapa, aku jarang suka makanan bersantan. Bikin cepet neg soalnya.

Tapi...namanya juga amteur sok tau, awalnya bilang simpel, prakteknya? Aduh boo ini kaki berdiri dari jam 9 pagi nyampe azan zuhur selesai berkumandang. Meski berkeringat, bau, kegerahan, kumel bin kucel, de el el (dikarenakan belum mandi dari pagi) tapi bangga banget bisa masak dengan jerih payah sendiri tanpa dibantu ibu atau bibi. Original made by me, ahaha :D

Udah gtu, mau tau apa yang paling membahagiakan? Waktu ibu bilang “Wah...enak mbak!” dan ternyata masakan itu juga dimakan lahap sama orang rumah sampai tak bersisa. Rasanya bahagiaaaa banget.

Jadilah aku tau alasan kenapa banyak perempuan mati-matian belajar masak, apalagi kalau buat orang-orang tercinta. Karena ekspresi bahagia orang2 yg memakan masakan kita itu, wuiih indah banget. Membuat dada mencipta buncah buncah bangga. Apalagi kalau mereka memakan masakannya licin tandas. Pengen rasanya masakin terus, serius deh. Tapi..(halah masih pake tapi) takdir kan tidak semulus keinginan, hehe. Lupakan. Yang penting satu pelajaran yang bisa kuambil, tidak ada yang tidak bisa, kamu hanya butuh kemauan kuat. Kamu bisa jadi koki paling hebat di seluruh dunia hanya dalam satu hari, bawalah bekal cinta maka kamu akan mendapatkannya!
Continue Reading...

Find Me !

Facebook  Twitter  Instagram

Blogroll

About

a complete pack of girl-turn-to-woman in her 20's something