- Cobalah membantu orang tua tanpa ada pamrih, kita yang biasanya masih ngedumel kalau dimintai tolong coba berdamai sedikit, jangan keluarkan dumel-an itu (meski saya tau ini amat sangat susyah sekali, huhuhu T_T)
- Bersedekahlah yang buanyak, tapi saya prefer ke person to person saja. Kenapa? karena setelah kita memberi, orang yang kita beri akan berterima kasih dengan mendoakan kita, pada saat itu pula, langsunglah meminta doa apa yang menjadi cita-cita kita pada mereka. Bukankah doa orang susah itu makbul? But remember : jangan sampai niat sedekah karena Allah-nya hilang yaaa...
April 18, 2010
Tips Sukses Masuk ke Perguruan Tinggi
April 15, 2010
SMASH !
Buku ini tiba2 terlintas di kepala sehari sebelum rally panjang ujian ini berakhir. Segera kucomot handphone dan menghubungi seseorang yang dulu, satu setengah tahun lalu pernah meminjamkannya padaku. Dan inilah aku, untuk kedua kalinya bisa melepas stress karena buku itu.
SMASH ! adalah sebuah buku terbitan Gramedia Pustaka Utama yang masuk ke genre TeenLit, diterbitkan di tahun 2007 dengan harga pasar 30 ribu. Bisa ditebak, tema yang diusung pastilah tema remaja (apalagi kalau bukan cinta?) dan bergaya pop. Aneh sebenarnya, karena seingatku sudah sejak kelas dua di bangku SMP aku meninggalkan kebiasaan membaca buku dengan genre serupa teenlit seperti ini. Sejak sadar kalau tema cinta itu begitu-begitu saja jalan ceritanya dan dengan mudah ditebak, malas rasanya membaca banyak-banyak. Toh pelajaran moral yang diambil juga tak seberapa.
Nah apa yang membuat SMASH !berbeda? Ada beberapa nilai plus di sana. Alasan paling sederhana adalah karena settingnya yang di Jogja :D , kota kelahiran yang enam belas tahun ini aku tempati. Dengan mudah detil tempat yang dideskripsikan Nonier – pengarangnya- bisa aku bayangkan, secara nyata. Yang kedua, bahasa penulisannya tidak menggunakan “loe-loe, gue-gue”, ditulis dengan bahasa yang lugas, dan karena para tokohnya digambarkan sebagai akademisi, kesan yang tertangkap adalah kesan cerdas-berisi, tidak kosong seperti teenlit pada umumnya.
Oya, apakah sudah kusebut kalau ceritanya berbeda? Novel berbumbu kesportif-an voli ini susah ditebak, alurnya juga mulus. Tidak terkesan loncat-loncat. Deskripsinya kuat (para pecinta voli pasti suka). Tidak ada adegan yang merendahkan karakter, seperti kissing, berpelukan, atau body contact lain layaknya cerita2 cinta remaja lainnya. Kalaupun ada itu digambarkan sebagai suatu ketidaksengajaan. Cinta yang ditawarkan benar-benar sweet , tidak norak, serta ditutup dengan akhir yang menyenangkan. Dan yang paling penting adalah karena novel ini berisi dialog-dialog yang bisa membuatku tertawa terbahak-bahak atau paling sederhana menyeringai tidak jelas di kamar.
Kekurangannya? Apa ya? Menganalisis dari tadi pun tidak menemukan sesuatu yang benar-benar bisa mencoreng kelebihan-kelebihan paparan di atas. Ermm.. singkatnya, menurut keobjektivitasan anak berumur delapan belas tahun dan penikmat sastra amatiran, komentarku : Perfecto ! Dari skala 1-10 aku rela memberi nilai 9,8 buat novel ini dikelasnya, huehehe…(maksa amat yak nilainya?)
Ini ringkasan-nya :
Aryo, mahasiswa komunikasi yang ganteng, memesona, jahil, atlet Voli yang sedang naik daun, dan yang jelas playboy cap kapak terbang- merasa sangat risih mendengar perjodohan kakaknya dengan seorang anak gadis kelas tiga SMA bernama Rayana. Dengan alasan pertama, kakaknya punya orang yang masih sangat ia cintai setelah lima setengah tahun menjalin hubungan, apalagi memang mereka pasangan sempurna, dan yang kedua dia merasa kakaknya yang perfect itu tidak pantas mendapatkan seorang Rayana yang masih ingusan, dengan wajah biasa dan kelakuan –yang menurut Aryo judes dan pedas abis, kakaknya deserve to get more than her!
Dengan ide nekat bin gila yang terlintas tiba-tiba, Aryo mencoba merayu Rayana, mencoba mengetes gadis itu tentang seberapa serius hubungannya dengan kakaknya. Awalnya dia kira menaklukan Rayana semudah menaklukan cewek-cewek lain, tapi ternyata ia kewalahan. Belum lagi ada Banjar –rival yang menghantuinya baik di lapangan atau dengan Rayana. Dan Aryo harus mempertanggungjawabkan segala yang sudah dimulainya, berhenti ditengah-tengah itu ternyata sakit, dia harus menyelesaikan permainannya. Dan akan ada senjata makan tuan, kali ini dia kena batunya !