October 21, 2013

Creating a Leader




Didedikasikan untuk Ibu 

Terimakasih karena membuatku merasa menjadi anak paling beruntung sedunia


Pemimpin merupakan tonggak berdiri tegaknya sebuah bangsa. Sejatinya pemimpin adalah nahkoda yang mengendalikan laju bahtera. Pemimpin ialah mereka yang berkata tidak pada kemungkaran demi kemaslahatan negara dan seisinya, mereka yang menjauhi segala sifat buruk dan tercela demi menjadi teladan bagi umatnya, pun mereka yang terus sibuk memperbaiki diri guna menyosong masa depannya.

Singkat kata, pemimpin tidak tercetak dalam semalam saja.

Sifat-sifat kepemimpinan itu dibangun, dibentuk, ditempa, dan dibiasakan sejak kecil. Ditanam dalam diri, agar akarnya kuat bercokol, siap untuk menghadapi badai godaan dan tantangan di masa mendatang.

Lalu siapakah sosok yang menanam benih – benih kepemimpinan itu? 

Ibunda. 

Beliau sosok kunci yang paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang pribadi kepemimpinan sang anak. 

Melalui tangan-tangan Ibunda generasi penerus bangsa ini terdidik di masa keemasan mereka. Diantara peluk sayang, canda tawa, tegur peringatan Ibu itulah dapat kita temukan madrasah utama tempat bermulanya prinsip dan kebajikan kebajikan hidup tertanam. Begitupun sebaliknya, jika apa yang dicontohkan oleh seorang Ibu mengarah pada keburukan, maka akan buruk pula masa depan bangsa ini.

Untuk itu ada pelajaran hidup yang minimal harus diberikan dan dibiasakan kepada anak oleh Ibundanya. Apabila ditilik lebih dalam, pelajaran hidup itu sebenarnya banyak sekali. Tapi, saya mungkin hanya akan membeberkan beberapa (delapan) poin yang menurut saya merupakan prioritas krusial. 

Terinspirasi dari bagaimana saya dididik oleh Ibu hebat saya 


Continue Reading...

October 08, 2013

My Sweetskrip :D




Skripsi namanya,

Bagi mereka yang menolak percaya sering bertanya : 
What skrip? Skrip shit?

Bagi mereka yang jujur, kadang bergurau, 
No, it is just skrip sweat. Some script that always made you sweat.

Bagi mereka yang positive thinking tapi dibarengi dengan keraguan selalu berkilah dengan bungkus manis Trust me, it's like candy, a brand new sweet product : skripsweet.

For me, it is simply : Skripsi. 
Sebuah sarana menyelesaikan amanah dan batu loncatan untuk segera mengejar mimpi-mimpi lain.

Continue Reading...

September 29, 2013

Adaptasi




Di bagian Imigrasi 

Pesawat landing pukul 01.00 dini hari. 

Sebelum turun dari pesawat saya sempat menertawakan 3 orang ibu-ibu jamaah umroh lain yang menempati seat executive class (karena penumpang eksekutif turun lebih dulu dari penumpang lain, jadi otomatis mereka berada di line depan antrian turun, semua orang bisa mengamati gerak-gerik mereka). Usil sih sebenarnya, tapi itu sebatas respon keheranan saya karena ada jamaah yang pergi ke Negeri Gersang bin Panas seperti Arab dengan membawa jaket bulu tebal panjang ala winter sessionnya bule Eropa. Anak udik kayak saya yang tidak tahu situasi (dan memang baru pertama kali ke luar negri) akan menganggap hal itu lebay. 

Kaki saya kemudian menjejak tanah arab, mengucap syukur lalu...
...freeze. 
Angin menusuk seluruh pori tubuh, menggigit dan rasanya ngilu. Temperatur udara luar tidak main-main. Drop hingga sekitar 8 celcius. And i have no jacket to wrap my body. Astaghfirulloh, kemudian saya baru ingat, saya tidak membawa jaket sama sekali ke tanah arab T_T

Continue Reading...

September 26, 2013

Pesawat




@ Adisucipto, sebelum ke Jakarta


Lanjutan dari tulisan saya mengenali perjalanan, saya kali ini ingin membagi dan bercerita sedikit tentang perjalanan jauh saya menuju Jeddah. Dan mohon dimaklumi kalau kesan berceritanya atau foto-foto yang ditunjukkan agak lebay. Saya ini orang udik, ndeso, dan jarang pergi jauh, jadi begitu sekalinya pergi jauh ingin rasanya berbagi banyak (meski well, banyak diantara teman-teman sudah melakukan perjalanan jauhuuuh yang lebih hebat dan lebih keren) 


Jadi saya berangkat dari Jogja hari Sabtu, take off jam 11 siang (mendekati zuhur), ke Soetta. Disana harus menunggu dulu sampai kira-kira jam 16.45 sebelum akhirnya berangkat ke Jeddah. Karena menggunakan maskapai dalam negeri, jadi rute kami langsung Jakarta - Jeddah tanpa melakukan transit dulu di Dubai (akan beda halnya kalau kami menggunakan Emirates). Agak disayangkan sebenarnya, karena menurut Mas Rian Dubai itu kota Internasional yang indah, plus mengudara bersama Emirates itu asyik banget

Continue Reading...

September 24, 2013

Sajak Mimpi








puluhan kali melewati padang ilalang di malam sunyi, 
hiraukan lampu, puas ditemani deru motor dan galaksi bimasakti

mendaki tempat tertinggi, berkejaran dengan ombak, 

terbenam dalam pasir, menjejak kerikil

kiramu menantang adrenalin itu hidup yang nyata, tapi bagiku itu gila 
aku berteriak dan kau tertawa bahagia

Continue Reading...

September 23, 2013

Perjalanan !



Kota - kota impian selanjutnya :D aamiin 

Kemarin sempat drooling di blog para traveller, melihat mereka sudah menjelajah ranah ranah rantau nan jauh disana, belum lagi gambar - gambar dan cerita menarik yang mereka punya, speechless, baguss. Terus saya kepikiran, kok saya belum pernah bercerita tentang traveling ya? Hoho, ternyata memang saya jaraaaang banget traveling. Tidak dibiasakan dari kecil lebih tepatnya. Karena konon kata Ibu, traveling itu butuh budget besar dan tenaga yang ekstra. Jadi memang pengalaman traveling saya terbatas :3 harap maklum, hihi. 

Secuil percakapan singkat antara saya dan ayah-ibu setelah kakak saya menyeritakan banyak hal menarik dalam hidupnya terjadi setelah ngekos dan jauh dari orangtua (termasuk seringnya ekspedisi dan traveling kesana kesini) 

Saya : "Kenapa kita ngga pernah jalan-jalan serumah?"
Ibu   :  "Karena jalan-jalan itu butuh waktu khusus, tenaga ekstra, dan uang yang tidak sedikit" 
S      : "Tapi kan paling ngga, sekalian lebaran ke Jakarta Bandung kita bisa mampir ke Ancol atau Trans Studio"
I       : "Tiketnya mahal mbak, kalo dikaliin lima aja udah masuk hitungan satu juta"
A      : "Apa mau ke Bali serumah? Atau Singapore? Kalau Ibu boleh sih ayah ngga papa"  
S      : "Bali? Singapore? Boleh...boleh..."
Ibu   : (Dengan tegas) "Ngapain ke Bali lagi? Semua orang dirumah sudah pernah kesana *meskipun sendiri-sendiri* Singapore? Mau ngapain disana? Kalau mau ke Singapore ya gimana caranya usaha sendiri lewat beasiswa. Sabar dulu lah mbak, kalau ada rizki, nanti serumah insyaAlloh ibu dan ayah ajak jalan-jalan tapi yang bermanfaat"

Dan alhamdulillah awal tahun 2013 yang lalu dapat kesempatan untuk menginjakan kaki di tanah suci, bareng sama kakak dan adek saya, dibawa sama ayah dan ibu, beliau berdua berhasil menepati janji, untuk kesekian kalinya.

...(dalam perjalanan ke airport)...
Ibu   : "Masih pengen jalan-jalan ke Bali?"
Saya : (menggeleng)
I       : "Atau ini mau ke Singapore aja?"
S      : (menggeleng)
S      :  "Makasih banyak ya bu. Umrah itu lebih indah dari perjalanan kemana pun" 
lalu saya mencium Ibu :D

Dan perjalanan terindah dalam hidup saya pun dimulai, :D

2 - 9 Februari 2013 Jakarta, Mekah, Madinah, Jeddah
Subhanalloh Walhamdulillah Wa laa illa ha illallah Allohuakbar

to be continued ...
Continue Reading...

September 21, 2013

Amnesia

Tahu writers block? 
Fenomena yang menyerang para penulis ketika ilham menulisnya mampet dan tidak bisa dikeluarkan. Yang akhirnya membuat ide-ide dan karya-karya baru tidak lagi dihasilkan. 

Pernah mengalaminya? 
Meskipun bukan penulis, tapi saya sering sekali mengalami itu (poor mee T_T). 

Pada kasus saya, hal itu biasanya terjadi saat saya bersemangat menulis, tapi tiba-tiba harus terhenti karena sesuatu dan tidak segera melanjutkan tulisan saya yang menggantung. Begitu sudah sekian lama, harus dimulai menulis lagi, maka saya bingung. Karena sesaat setelah saya menghentikan alir tulisan saya tanpa memberi lagi keterangan mengenai ide selanjutnya, maka saya seakan kehilangan mata rantai penyambung. Simpul itu mustahil terkait, dan tulisan itu susah untuk dilanjutkan. Unless i have a new idea untuk mengeles dan membelokkan alur dari apapun yang dulu pernah saya tulis. 

Ini contoh realnya : 

tertulis di draft blog ini pada tanggal 17 Desember 2009, tulisan yang saya buat di akhir semester pertama kelas 3 SMA, judulnya : Desember 2034, Lihat Saja Nanti !

saya sendiri yang menulis bingung, memang di Desember 2034 apa yang bakal saya perlihatkan untuk dunia? Bingung dan bertanya-tanya akhirnya saya klik dan saya mulai membaca ulang tulisan yang ngendon hampir 4 tahun di draft blog (untung blogger tidak pakai acara gulung tikar, atau saya akan kehilangan calon-calon tulisan keren, hehe) dan inilah isinya : 

Siapapun pasti pernah terusik untuk membayangkan jadi apa mereka berpuluh-puluh tahun kedepan. Jangankan kita yang sudah dewasa, gadis kecil berkuncir kuda pun pasti akan menjawab mantap dengan sebutan yang kedengarannya seperti 'dokter' ketika ditanya ingin menjadi apakah kelak ia di masa depan.

Tapi, bagaimanakah dengan orang-orang yang sudah 'berada di masa depan'? Tentu yang dimaksud di sini adalah mereka yang usianya tinggal satu dekade ke arah setengah abad, atau lebih. Apakah masih penasaran dengan masa depan mereka, menjalani dengan biasa saja tanpa berfikir ke depan atau kebelakang, atau mungkin ingin sekali kembali ke masa-masa remaja?

Untukku, biarkan saja itu menjadi rahasia waktu, yang kan terkuak tirainya seiring guratan kerut usia.

Pikirkan kembali semua pertanyaan itu nanti.

Sekarang, biarlah aku bercerita sebuah kisah kekaguman, akan sesuatu yang 'borderless' istilahnya (ini saja kalau saya boleh meminjam istilah iklan salah satu brand alat elektronik yang menjual teve), yang tidak pernah terbatas oleh pertanyaan pertanyaan itu.

Pertengahan 80 mereka bertemu, Tika, gadis manis dengan rambut pendek sebahu dan Ali pria sederhana yang hendak menuntut ilmu. 
Dibalut seragam putih biru lah mereka saling mengenal untuk kali pertama. 
Saling menukar nama, tempat tinggal dan asal pendidikan yang lalu.

Tahun pertama, setelah adaptasi dengan berbagai hal di wilayah baru, senyum, sapa, cerita, dan perhatian mulai dibagi. 
Beranjak di tahun kedua, ruang kelas menjadi saksi pertemanan itu semakin nyata. Seorang gadis rajin dan pintar yang kerap kali menduduki peringkat pertama (siapa lagi kalau bukan Tika) selalu terlihat ceria bersama remaja lelaki yang suka bercanda itu (tentu dia-lah Ali) 
dan meski tahun ketiga mereka berpisah, silaturahmi itu tetap terasah. 
Segala hal yang mereka bisa bagi dan simpan, pasti mereka lakukan.

Ternyata nasib belum mau memisahkan mereka. Bangku lebih tinggi mereka duduki di tempat yang, lagi lagi sama. Sebuah sekolah menengah atas terfavorit di wilayah kecil nan damai, di kota mereka. Mimpi-mimpi itu terjalin lagi kali ini bertautannya lebih erat. Masa remaja yang lebih dewasa mengantarkan mereka pada arti-arti nyata hidup dan perjuangan.

Tak hanya di sekolah, tawa riang dan cerita yang dibagi mulai merambah ke rumah. Tempat tinggal Tika yang sangat sederhana tapi nyaman itu mulai dijamah. Ali kerap kali berkunjung ke sana, bukan meminjam catatan, tidak mengerjakan PR bersama, dan tidak pula....

Dan tidak pula apa? Tulisan itu terhenti begitu saja, mendadak dan tiba-tiba. 
Saya pun lupa, have no idea, hilang ingatan dan amnesia 
mengenai asal usul, ataupun asal, dan kelanjutan tulisan ini :(  

Saya saja sempat terkena mental breakdown dan bertanya-tanya, 
benar ini saya yang menulis? Haha
Tapi, hei, coba baca ulang quite lovely, kan?

Jelas, dulu dengan tulisan ini saya sedang ingin menuliskan tentang cinta dan masa depan. Ingin sok-sok bijak dengan mengait-kaitkan antara takdir dan kejelasan kehidupan mendatang. 

Menurut tebakan saya, cerita ini dulu saya tulis berdasarkan kisah nyata seseorang yang dekat dengan saya. Tapi setelah saya pikir-pikir lama, saya tidak ingat punya orang dekat yang bermasa lalu seperti itu.

Nama Tika dan Ali pun *saya yakin* adalah nama samaran yang saya buat untuk menyebut dua sosok nyata yang sayangnya sekarang saya tidak ngeh mereka siapa. 

Parah.

Continue Reading...

Make effort. Make mistake. Disaster




Di depan Serambi Masjid Tempat Resepsi

Usia 21 means rentetan undangan hari bahagia menyapa, 
dengan namamu tertulis manis di balik amplop plastiknya.

Wedding. Njagong.

Dandan cantik.

Memantaskan diri depan publik.

Ouch.

Dan demi menjaga silaturahmi plus menghormati yang punya hajat, bolehlah saya make a little effort untuk terlihat berbeda di hari bahagianya. Dengan apa? Apalagi kalau bukan dengan dandan manis for a whole day. Itu harapannya.

Jadi beberapa waktu yang lalu saya ngebet banget ingin membeli satu set alat make up untuk logistik kalau-kalau dapat undangan walimah. Kenapa beli? Alasannya sangat simpel : karena dirumah saya tidak ada make up lengkap. Ibu hanya mengoleksi bedak tabur 1, two way cake 1, lip balm 1, lipstik 1, pensil celak cokelat 1, dan sisir alis. Done. No more. And plain. Tidak ada yang namanya foundation atau blush on dan eye shadow. Eye liner dan mascara apalagi.

Kebetulan sabtu awal september saya dapat undangan ke bogor untuk menghadiri walimahan teman KKN saya, nah kesempatan yang tepat bukan? Dari hari selasa saya sudah planning untuk hunting make up, sudah melihat-lihat brosur plus katalog, tapi hingga hari kamis hasilnya nihil dan saya galau (galau karena saya ternyata tidak rela keluar uang untuk beli make up yang mahal), finally, berujung pada keputusan untuk tidak membeli apapun. Huft. 

And....Berangkatlah saya ke bogor dengan hanya bermodal satu two way cake dan lip gloss.

Crop-cropan wajah plain ngga pake make up :D


The Day. Hari H.
Saya menertawai diri : kok ya plain banget ya muka satu ini. Haha

Untungnya ada teman berbaik hati (Shinta) yang merelakan seluruh peralatan kosmetiknya dipakai bersama. Dan mulailah project berdandan ria. Saya sih di dandanin tapinya :p

@kamar mandi masjid tempat walimahan,
result habis didandani Shinta (jilbab hijau)
But karena kita berdandan di tengah tengah acara, jadi dandannya kilat dan potong jalan pintas disana sini.

Skip part membersihkan mukanya, dilanjut pake foundation revlon, karena ngga ada bedak tabur, langsung tumpuk deh pake two way cake, kasi eyeshadow, eye liner (yang akhirnya dihapus karena hasilnya menceng dan ngga simetris satu sama lain) ditambah blush on, dan akhirnya lip gloss + lipstick dan lip shiningnya maybeline.


The result? Wajah sedikit ada warnanya, not the boring plain face from before, tapi ngga berarti saya menjelma bak bidadari. Biasa aja.

muka aneh habis dikasi make up :(

Oke, make up ini bertahan ampe 3 jam, dan menjelang zuhur nikahan selesai, saya segera cabut dari bogor untuk menuju kembali ke jogja. Otomatis langsung ngacir ke kamar mandi dan membersihkan make up yang ada. Berhubung ditunggu orang banyak, saya bersih bersih dengan amat efisien dan segera. Lap sana lap sini, guyur air, pyuk pyuk. Sudah selesai.

Dan perjalanan kami memakan waktu sehari semalam. Berangkat sabtu siang, sampai ke Jogja pagi jam 9, tapi karena badan meriang, sampai di rumah malah lupa segala hal yang harusnya dilakukan, seperti membersihkan ulang make up yang tersisa.

Karena for your information my dearly friend, biasanya saya selalu membersihkan make up dengan susu pembersih dan sabun cuci muka secara simultan selama minimal setengah jam (dengan asumsi make up berat seperti yang saya gunakan di buku tamu acara pengantin). Sedangkan kemarin, make up dibersihkan tidak lebih dari 10 menit. T_T 

Dan set, hari Rabunya, seluruh kulit di wajah saya berlomba mengeluarkan jerawat yang banyaknya tidak terhitung lagi. Di kedua pipi, di jidat, di dagu, di area hidung. Teksturnya tidak seperti jerawat saya yang biasaya, lebih seperti bintil bintil, peruntul. Yang jelas mengerikan L

(muka saya yang terkena after effect make up tidak perlu ditunjukkan)

saya sempat ingin pake cadar seperti ini 

Ini semua salah foundation yang menutupi pori dan susah sekali untuk dihilangkan. Muka saya jadi rusak T_T. Sampai sampai ustazah di rumah pun sebelum sholat ashar dengan bengongnya mengatakan saya jelek L

Aaaack. Nasib.





Tidak tahan lagi, maka wajah ini segera dilarikan ke tangan ahlinya. Bu dokter kulit langganan saya yang cantik sekali (seriusan, cantik.sekali. usianya diatas 60 dan kulit wajahnya masih kencang dan bersih) hanya tertawa melihat tingkah saya saat menjelaskan dan dengan santainya berkata :

Sudah saya bilang berapa kali mbak, jangan sering-sering lihat kaca. Kalau tidak sering ngaca kan mbaknya tidak repot dan heboh. Tidak perlu merasa butuh make up tebal. 

Auch. Jleb. Bu dokter ini logikanya bagus sekali.

Jadi, kesimpulan fixnya : tidak usah pakai make up atau apapun itu, karena trust me, rempong lalalala, harus sering-sering konsul ke dokter kulit, rusak dikit make upnya jadi senewen, ribet dan susah kalau mau sholat :(

kata para ukhti sholihah : pakai air wudlu aja, intaan~~~


ditemani krim malam jerawat dan putus hubungan dengan kaca


Continue Reading...

September 20, 2013

Genetik, Cantik and Just Merely Normal



Iri sama gadis-gadis ini, they are so beautiful :*

Kenapa wanita selalu menjadi sorotan publik mengenai fisiknya? Ini selalu menjadi pertanyaan besar bagi saya. Sunatulloh sih, tapi tetap saja, itu tidak nyaman. Khususnya bagi perempuan yang memang dikaruniai ‘nilai lebih’ di estetika penampilan fisiknya, as you know seperti saya.

Berayahkan lelaki dengan wajah ala tambang minyak yang penuh gundukan jerawat, bukan hal super kalo wajah saya punya deskripsi yang sama. Itu genetik. Syukur alhamdulillah, ibu saya dikaruniai wajah super jelita bagai bidadari langit, tapi sayangnya itu hanya berlaku saat beliau dipandang dari jarak minimal radius 50 meter, hehe. Karena jika Anda menyorot beliau lebih dekat, akan Anda temui satu wajah penuh dengan freckles, titik titik coklat susu imut yang memenuhi wajah putih beliau, well, kalo menurut saya sih not a big problem, since those freckles always made her semakin mirip bule, dan semakin cantik.

Maha Besar Alloh dengan segala ciptaanNya, seakan wajah saya belum seperti pinang dibelah dua dengan wajah Ibu (minus hidung jambu airnya Ayah) Alloh memberi saya cap alami agar saya sungguh terlihat sebagai anak kandung beliau berdua. Fix. Saya berjerawat dan ber-freckles. Anak ayah, dan anak Ibu. Saat jerawat bisa diajak kompromi maka saya seperti bule yang ndeso dengan kulit merah karena bekas samar jerawat. Dan bila jerawat tidak mau sembunyi, maka official, saya look like a monster L Haha.

Saya dulu sih masa bodo dan egepe dengan apa yang jadi omongan orang. Tapi lama kelamaan semakin bertambahnya usia dan melihat teman-teman disekeliling saya mendewasa dengan cantik, saya jadi berintrospeksi diri, and honestly menjadi ngga pede. Sebenarnya disayangkan, karena bukankah wanita terpilih itu bukan dilihat dari fisiknya? Nah betul sekali. Tapi perlu diketahui bahwa usia 21 tahun itu adalah usia krisis, dimana mau tidak mau, suka tidak suka, kelebat kelebat pikiran ‘ngga penting yang maen fisik’ muncul dan susah untuk dienyahkan.

Padahal kalau ditilik lebih lanjut saya sendiri bakal kewalahan bila harus menjadi pejuang cantik. Rela berlama-lama di depan kaca dan mematut diri dengan make up ini dan pernik itu. Mengorbankan banyak hal agar penampilan tetap menawan. Tapi kalau saya tidak memberi effort buat muka ini, kok ya kayak gadis ignorant, yang pemalas, yang tidak bersyukur dengan karunia yang sudah dilimpahkan oleh Rabbnya, dikaruniai basic lumayan tapi dianggurin dan panen jerawat pula.

I just want to be normal, without acnes or freckles.


Tapi ya it seems like you asked for life without any problems. Quiet impossible

masih harus terus belajar bersyukur
Continue Reading...

September 18, 2013

Dead Vonis






Sebagai seorang paramedis kesehatan yang belajar banyak mengenai sakit, penyakit, dan proses penanggulangan penyakit, tidak heran jika saya familiar mendengar kabar dan kerap kali didongengi hal perihal penyakit kronis, penyakit langka, penyakit yang belum ditemukan obatnya, kanker stadium akhir, final stage, hingga dead vonis.

Jelas berita berita ini tidak enak untuk didengar telinga, juga bukan bahan obrolan tepat kala ngopi ngeteh cantik bersama kawan. Bagaimana tidak, ini membuat kuduk pendengar merinding, menyuguhkan kenyataan pahit, mengingatkan mengenai hal yang paling ingin dihindarkan dari pikiran bahagia kala muda, yaitu kematian.

Tapi bukankah kematian adalah hal yang absolut? Tak perlu dijemput akan jelas datangnya.

Hal yang saya ingat jelas dari kenangan kabur kuliah farmakologi (mengenai penyakit dan mekanisme aksi obat untuk melawan penyakit) adalah setiap penyakit selalu diusahakan agar ada obatnya, entah itu dari alam ataupun dari sintesis kimia hingga memanfaatkan kerja imun dan rekayasa  genetik yang kini gencar dikembangkan. Sayang sungguh sayang, setiap obat yang ditemukan selalu ada efek sampingnya. Yang mana efek samping itu jika tidak ditangani dengan baik akan memicu penyakit lain hingga akhirnya menimbulkan komplikasi. Bingung? Simpelnya saya disini ingin berkata bahwa apapun penyakit inisiatornya, ujung-ujung cerita selalu mengarah pada à kematian.

Mau dikata apa? Kematian itu sepasti munculnya mentari di pagi hari, apa yang diributkan dari itu?

Maka menurut saya, mereka yang terkena dead vonis  dan mendapat perkiraan sisa umur adalah orang-orang pilihan dan sungguh mereka termasuk sedikit dari orang-orang yang beruntung. Hakikatnya setiap orang mutlak akan kembali ke pangkuan Rabbnya, jika tidak saat ini, mungkin esok hari. Kalau bukan esok hari, mungkin saja lusa, kalau lusa masih saja bernafas mungkin ajal menyuruh kita sabar, karena izrail baru akan datang dalam hitungan tahun ke depan.

Perbedaan mereka yang sekarang sehat dengan mereka yang divonis mati adalah dalam hal mempersiapkan diri. Mempersiapkan diri untuk menyambut panggilan dan bertemu dengan Rabbnya.

Mari kita misalkan agenda ‘mempersiapkan diri’ ini dengan kegiatan responsi atau ujian di perkuliahan, andai kita tahu tanggal berapa responsi dan ujian itu akan dilaksanakan, pasti kita akan belajar sungguh-sungguh supaya mendapat nilai tertinggi. Or at least kalau ala orangtua adalah berusaha terbaik untuk hasil yang terbaik. Nah, beda ceritanya dengan kuis dadakan yang kerap di gelar sekali dua dalam satu semester, kuis itu mendadak, membuat kita blank, harus toleh kanan kiri karena tidak tahu apa yang harus ditulis di lembar jawab.

Pun dengan kematian, jika kita tahu tenggat waktu yang tersisa dari hidup ini, pastilah kita akan berusaha sebaik mungkin menjalani hidup, beribadah lebih khusyuk, berbakti pada orang tua dengan sejatinya bakti, mencintai anak-anak dalam gerak dan laku, memanfaatkan waktu dengan amat sangat bijaksana, memperbanyak sedekah, mengumbar senyum lebih sering, memaafkan dengan tulus, ikhlas dalam setiap hal...melakukan segala kebaikan hingga rasanya dipanggil esok hari pun sudah siap.

Beda halnya dengan mereka yang saat ini sehat, mereka tidak tahu kapan jatuh tempo bagi urut gilirnya, dan tidak sedikit dari mereka yang lupa alpa, bahwa mereka sebenarnya juga terincar oleh sakaratul maut.

Bukankah tidak perlu sakit atau tervonis mati oleh dokter jika hanya menjadi calon mayat?
Mati itu sebuah kepastian yang mutlak. Bisa saja dokter yang memberi dead vonis pada pasien kritisnya meninggal lebih dulu dari sang pasien. 

Paradoks bukan? Hanya saja, kuasa Alloh memang lebih dari segalanya.

Kalau lah timeline garis takdir Alloh untuk hidup kita bisa diakses, maka sejatinya *dari sudut pandang muda saya* tidak akan ada pemuda shalih yang memakmurkan masjid, serentak mereka memilih untuk hura-hura dan tenggelam dalam gejolak gila masa muda. Karena toh mereka tahu kapan ajal menjemput, dikalkulasi dari usia mereka yang sekarang dan ternyata masih lama, maka kesimpulannya: baguslah, taubatku nanti saja, lima tahun sebelum ajal menjemput, sekarang mari menjadi muda, beda dan berbahaya.

Benar-benar kacau dan berbahaya. Tak heran masa depan akan selalu menjadi rahasia. 
Begitupun dengan mati, bagi tiap jiwa.

Sekali lagi, ditulis karena mati itu pasti
Mengetahui kapan kita akan mati, tidak akan seburuk yang kita kira



Continue Reading...

Mimpi Singkat Menyenangkan (=KKN)



Terinspirasi dari pertanyaan pertanyaan responsi KKN BTL 31 yang superduperzing ngga jelas banget, –__–
KKN bergaya untuk HUT Bantul 182 :) 

saya iseng nulis FAQ ini untuk mengobati ke-zonk-an pertanyaan di responsi, menuliskan sesuatu yang lebih real dan faktual, bukan sekedar hitam atau putih dari rentetan nama-nama yang dikategorikan urut prioritas oleh sebelah pihak.
ini random things tentang apa yang sudah KKN beri untuk saya, menyuratkan sedikit kata untuk berterimakasih, karena ya, KKN memberi banyak hal pada hidup saya :)
KKN itu apa menurutmu?
Kelas kehidupan-nya UGM.
Dimana kita jadi mahasiswanya, program jadi tugasnya, masyarakat sekitar dan adat istiadat setempat jadi dosennya, situasi mendadak jadi lahan praktikumnya dan konflik dengan warga serta hal memusingkan lain adalah ujiannya.
Apa pelajaran paling berharga yang didapat selama KKN?
  • Belajar menjadi dewasa dengan bertemu banyak karakter
  • Loving Indonesia.
Apa maksudnya “dewasa karena bertemu banyak karakter?”
Bertemu dan belajar memahami banyak karakter yang mungkin kalau bukan karena KKN tidak akan  pernah saya pelajari secara utuh. Bingung? Oke, saya juga bingung.
Jadi begini, bukankah wajar jika kita memilih berteman dekat dengan sekelompok orang yang memiliki cara pandang yang sama, kebiasaan yang sama, dan kesukaan yang sama dengan kita? Karena menurut teori dan prakteknya dilapangan, orang orang yang seperti itulah yang membuat kita nyaman.
Tapi dengan KKN ini saya dipaksa keluar dari zona nyaman saya. Dipaksa untuk menyelami banyak karakter baru, berusaha memahami, berempati, menilai pribadi secara utuh selama dua bulan penuh. Mulai dari teman satu pondokan, teman satu unit hingga pemuda-pemuda dusun setempat.
Kenapa dewasa? Karena mungkin saya yang dulu akan bersikap sangat reaktif terhadap orang-orang yang saya anggap berbeda dengan saya. Tapi di KKN  saya jadi merasa mempunyai kontrol diri yang lebih baik. Ikut mencoba dan memahami pola pikir yang kadang tak sejalan, membangun alasan alasan untuk berpikir positif terhadap suatu perilaku dan tindakan seseorang. Belajar melihat dari atas, agar terlihat seluruhnya.
Dan yang membuat saya kaget adalah, setelah saya terapkan itu, saya jadi merasa perbedaan itu bukan masalah besar.
Hei! Ternyata saya nyaman dan kerasan . Eh, ternyata mereka yang berbeda dari saya itu kereeeeeeeeeeeennn, malah akhirnya saya yang banyak belajar dari mereka.
Belajar tentang selo, belajar tentang berani tampil di depan banyak orang meski malu-maluin, belajar bahwa segalanya adalah sugesti – pikiran positif itu datang dari dalam diri, belajar bersyukur karena ternyata Alloh memberkahi banyak hal pada saya, belajar berprinsip bebas tapi tahu batas, belajar bahwa memulai itu sulit, maka mulailah dari sekarang, dan yang jelas belajar banyak.
Belajar Loving Indonesia?
Saya adalah pemimpi yang bermimpi besar untuk berpetualang dan menyelami hidup di tanah orang, di negeri negeri jauh. Bergelut dengan teknologi dan kecanggihan zaman. Berkelana ke tempat-tempat berarsitektur indah dan penuh seni. Pun saya termasuk pribadi yang suka alay dan heboh sendiri kalau melihat teman-teman seperjuangan sudah mengkoleksi deretan nama negara-negara jauh sebagai satu tempat yang pernah mereka sambangi. Kalau sudah begitu, emosi sering naik turun.
Tapi…di KKN ini jiwa saya bisa tenaaaaang. Biasa aja tuh rasanya ketika melihat di timeline banyak sekali foto foto sanak saudara sahabat dan teman tertawa bahagia di seluruh penjuru dunia, memamerkan jejak jejak mereka disana. Ujar hati saya ketika itu : “Saya juga lagi di tempat baru, disini, di Kecamatan Kretek, Desa Tirtohargo, Dusun Karang.” :)
Mereka yang lain nyengir hepi karena bertemu mister a dan mister b disana, hati saya tersenyum senang berkenalan dengan mbah kakung dan mbah putri, plus adek adek yang selalu ingin tahu di sini.
Ketika yang di luar sana heboh welcoming party dan hingar bingar ala zaman modern, saya mabuk sama cengkok dangdut koplo sepaket dengan goyangannya.
Ketika semua orang sibuk me-mention para figure hebat yang mereka temui di luar negri, saya terharu bisa belajar mengenai hidup dari sosok-sosok yang menggiatkan gotong royong di dusun KKN saya.
Saat semua orang heboh memamerkan Tokyo Tower dan Eiffel sebagai background foto mereka, saya berkali kali terpana dengan pemandangan sawah yang terhampar sejauh mata memandang setiap kaki menuju ke pendopo atau masjid, belum lagi punggung bukit yang berjejer indah disebelah barat, apalagi kalau dilihat waktu sore hari, lukisan alamNya breathtaking,…
Simply said, hati dan jiwa saya bisa content, bisa kenyang dengan banyak syukur, tidak aneh-aneh mencari apa yang bukan menjadi rejeki saya.
Dan karena itu saya bisa belajar mencintai Indonesia :)
Momen paling indah?
Waktu mengajari anak-anak TPA mengaji di bulan Ramadhan dan semua kegiatan yang melibatkan orang-orang satu unit :3
Yang ngga bakal terlupa?
  • Naik motor malem-malem dengan lampu depan motor dipadamin, melewati jalan dusun yang sepi tanpa lampu, meski anehnya tidak gelap, karena ditemani taburan bintang galaksi bimasakti dan purnama ~~
  • Celoteh ceria di pondokan, ngawur ngalor ngidul, dari obrolan sampah sampe hal yang penting banget :p
  • Kebaikan dan masakannya ibuk pondokan
  • Anak-anak Dusun Karang yang so sweet banget, selalu ada menemani di setiap program kita, padahal sasaran program itu kadang bukan mereka, lol
Paling nyesek ?
Momen momen ketika salah paham sama pemuda dan ketika pamitan mau pergi dari lokasi >_<
Seandainya ada penawaran KKN lagi untuk kedua kalinya, mau?
Tidak terimakasih :p tapi untuk selalu pulang ke Kretek dan menjalin silaturahmi terus dengan BTL-31 are all pleasure.
sekiaaan~~  satu hal yang jelas, ngga rugi jadi anak UGM yang dipaksa buat KKN 
:)
Continue Reading...

March 24, 2013

him

Aku mengenalnya baru beberapa jam yang lalu,
Itupun dalam durasi yang tak sampai hitungan 60 menit utuh.

I know he’s not that handsome, but when he smiles the warmth sure radiated.
I know he’s a hardworking man, itu terlihat dari kerendahan hati yang tersirat dibalik katanya, menutupi seabrek pencapaian dan daftar panjang awards yang jadi koleksinya.

I know he’s a challenger, dari keputusan hidup vital yang mantap dia ambil dalam usia muda.
I know he’s the smart type dari setiap tetes pengetahuan yang selalu dia bagi.

I know he’s the polite one, dari cara dia berinteraksi dan memenangkan hati masyarakat.
I know he’s the funny guy, karena tawaku tidak pernah berhenti setiap dia mengakhiri ucapannya

I know he’s the kindhearted people, eventhough you will catch the bad boy vibe and evil smirk from him
I know he has sense of arts, terlihat dari lukisan dunia ini menurut pandangannya, semua foto-foto yang dia ambil akan membuatmu merasa sudut tergelap dari dunia ini pun indah.

I know he’s a man with love, karena dia berbagi, membangun dan memberdayakan hidup banyak orang
I know he’s a man with FAITH, dari ashari sujud dan kerinduan yang terpancar di matanya setiap kali nama Alloh tersebut.

I know he’s a proud husband and father, ada pancar sinar yang menari-nari setiap dia menyela materi dengan kata-kata “...istri saya...” “...putri saya...”

And i know...
i had fallen in love.

Bukan  dengan dia, tapi dengan apa yang ada dalam dirinya.

You know what, rahmatanlil’alamiin tercetak jelas di setiap partikel yang menyusun lelaki itu.
Semoga kebahagiaan dunia dan akhirat selalu terlimpah untuk dia dan keluarganya.

jika kamu adalah seorang individu yag sudah sesuai dengan deskripsi qur’an dan sunnah, maka mencintaimu tidak akan pernah menjadi sulit.
Continue Reading...

Find Me !

Facebook  Twitter  Instagram

Blogroll

About

a complete pack of girl-turn-to-woman in her 20's something