May 12, 2016

Tentang Taaruf

Share it Please



cr : as written

Ingat di post sebelumnya saya membahas bahwa 2016 itu menjemput kedewasaan?
What was that actually about? 
Okay, so here it was~
You know what so wonderful about 2016 for me? 
It was about the change of my status! 
From being single to be a married woman and skip the entire phase of relationshipWoohoo!! 
Yeah, like you guess, literally I married a stranger this year via ta’aruf process, 
and hopefully it will last till the end of our day. Aamiin.

Omooo, ta'aruf?!
Nikah sama orang asing, ngga takut? Bedanya apa dong sama beli kucing dalam koper?

Ya bedaa, kan kita nikahnya sama manusia buka kucing, hehe

#Balik serius# 
Sebelum berpanjang lebar tentang gimana, 
kok bisa, kenapa etcnya terkuak, 
mari kita selidiki lebih dalam dulu tentang taaruf. 
Review aja, kalau kalau ada yang masih belum clear.

Taaruf itu arti sebenernya ngga seserem yang dibayangin orang kebanyakan lhoh btw 
(apa coba hayoo yang biasanya jadi bayangan? Nikah karena deseparate ngga ada jodoh, daripada jadi perawan tua ya mending nikahlah pokoknya, terus biasanya kalau taaruf pasangannya surem karena bisa aja dikibulin waktu prosesnya, kan ngga kenal baik)
huhuhuhu T_T statement diatas salah besar yaa.

Jadi, taaruf berarti kenalan atau saling mengenal.
Allah berfirman (yang artinya), “Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (ta’arofu)….” (Q.S. Al Hujurat: 13)

Nah berdasar ayat itu, memang Allah punya misi agar manusia saling mengenal satu sama lain. Kenalan sama siapapun juga sebutannya taaruf kok. Dan ituu, sangat dianjurkan yaa dalam islam, karena bisa mempererat tali persaudaraan sesama muslim atau masyarakat.

Tapi makin kesini, definisi taaruf sedikit bergeser menjadi sesuatu yang lebih spesifik. Menjadi sebuah wadah untuk mengenal lebih dalam lawan jenis yang sekiranya memang akan diseriusi untuk menjadi pendamping hidup kedepannya. Tujuannya ngga lain ngga bukan buat mencari kecocokan sebelum membina rumah tangga bersama. Karena islam tidak pernah mensunahkan menikah paksa, atau menikah tanpa ketertarikan. Dan jelas yaa, karena ini koridornya pakai hukum islam, jadi ada batas batas dan syariat yang harus ditegakkan selama taaruf.

Begitu.

Masih bingung? 
Ini nih yang lebih simple lagi, intinya taaruf itu adalah kenalan. 
Nah karena kenalan sesama jenis itu simple, ngga pake belibet plus tanpa ada acara gembar gembor taaruf pun sebulan kenal juga udah bisa jadi sohib akrab, temen jalan deket, konco kentel, dll,  makanya yang lebih heboh  dibahas adalah taaruf pada lawan jenis. Berhubung sebagai sesama muslim kita mencoba untuk ngga pacaran karena ngabisin duit, bikin kantong bolong, bikin pehape dan labil hati, makanya terjadilah perkenalan special ala taaruf ini.

Fyi, taaruf bedaa lhoh sama pacaran, jadi ini fakta-fakta taaruf yang perlu diketahui sebelumnya, sebagai refrensi misalnya tertarik untuk proses.

#1
Taaruf dilakukan hanya dan hanya jika si objek taaruf memang punya niat menikah dalam waktu dekat. So, permintaan taaruf memang karena dia sudah merasa matang dan siap menikah. 

Kok gitu sih? Lah tahu siapnya kapan? Kalau merasa ngga siap? 
Ngga boleh taarufnya dua tahun gitu?


Ya karena kan memang fokusnya mencari kecocokan lawan jenis yang sekiranya prosepek jadi pasangan. And in order to menjauhi pihak tidak bertanggungjawabnya setan, its better to cut the process short. Kalau lama mah namanya penjajakan/pdkt, terus  pacaran hehe. 

Kalau belum siap atau galau siap ngganya, ini bisa ditanyakan ke hati nurani yah, wkwk, karena sesungguhnya kita ngga akan pernah siap untuk menikah. Being married is a challenge. Pertanyaannya, sudah tergugah belum buat menantang challenge itu? Belum siap juga ngga papa kok, kan masih bisa lanjut studi, atau kerja dulu, atau berprestasi yang lain duyuuu.

#2
 Taaruf ngga selalu harus berakhir di pelaminan. So jangan takut tentang kabar bahwa taaruf adalah gerbang menikah paksa. Huhu ngga banget, sekarang bukan jamannya siti nurbaya lagi. Kita menikah kan menyempurnakan agama, melaksanakan sunnah, ibaratnya nikah itu amanah ketuhanan dan risalah kenabian, masak ya dilakukan seumur hidup dengan terpaksa dan tanpa cintaaa, ngga lah Dalam taaruf, karena tujuannya kenalan serius, maka nanti akan ada tahap tahap yang membuat kita jadi lebih kenal dengan lawan taaruf kita. Setiap tahapnya akan menghadirkan pertanyaan : lanjut atau tidak. Kalau setelah satu tahap terlewati dan ternyata ditemukan ketidak cocokan maka bisa banget untuk salah satunya meminta berhenti atau tidak lanjut

#3
Bayangan bahwa taaruf = married to a stranger itu no no no, tidak semuanya seperti itu. Lawan taaruf ngga harus orang yang completely stranger untuk kamu (meskipun kalau kamu ngga kenal itu akan jadi lebih menantang, lebih menarik, dan prosesnya pun lebih lucu *pengalaman, ahahaha*). 

Sangat bisa dan banyak terjadi orang yang jadi lawan taaruf adalah teman kecil, teman sekolah, tetangga rumah, temen kuliah, temen di organisasi, temen kerja, kakaknya temen, saudara sepupunya sahabat, bahkan sama sahabat sekalipun, dll (tapi ngga bisa yaa taaruf sama pacar, duh plis deh).

Lah kalau udah kita kenal sebelumnya, ngapain kita taaruf? Katanya taaruf kenalan, kan kita udah kenal sama mereka….

Yap, betuul, meskipun sudah kenal sebelumnya, kan kenalnya hanya sekedar kenal, kenal sebagai temen, bukan yang lebih. Taaruf itu hakikatnya memperkenalkan diri kita, masa lalu, masa sekarang dan harapan kedepan yang dibingkai oleh bahtera rumah tangga. Pakemnya ya ngga jauh jauh dari situ tentang visi misi hidup kedepan yang dikaitkan dengan rumah tangga.

#4 
Anggapan bahwa objek taaruf harus jadi anak 'ngaji' atau 'mentoring' itu tidak sepenuhnya benar. Yang terpenting, dalam taaruf itu ada mediatornya, Jadi objek taaruf punya wakil masing - masing yang bisa menjadi penghubung mereka sebelum segala sesuatunya pasti (masih dalam taraf penjajakan). 

Sosok mediator sebaiknya memang 
yang sudah dewasa (diutamakan yang sudah menikah) 
memiliki pengetahuan agama yang hanif (lurus, tidak menyimpang aqidahnya), 
baik dan arif 
dan sangat mengenal baik pribadi objek taaruf 
(makanya biar ngga pusing, kebanyakan objek taaruf lebih memilih di mediasi oleh ustadz/ustadzah atau mentornya), 

tapi semisal kriteria diatas ada pada tante, tetangga rumah, guru, tokoh masyrakat yang mengenal kita, atau yang lain ya why not. orangtua pun ngga masalah selama beliau bisa objective (kadang ortu kedua pihak yang sedang taaruf jarang bisa objektif, wkwk)


Okay, next bersambung tentang tahapan taaruf yaa

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar =D

Find Me !

Facebook  Twitter  Instagram

Blogroll

About

a complete pack of girl-turn-to-woman in her 20's something