February 25, 2009

And He is Crying Too...

menangis, meneteskan air mata, membuat hidung merah, lembap-sembap.
cengengkah itu menurut kalian wahai kaum adam?
hati yang mudah tersentuh, prihatin akan objek-objek dakwahnya, bingung karena kemaksimalan dari usahanya tak kunjung menemui jalan keluar, khawatir akan beban dalam naungan pundaknya,
itukah lemah menurut kalian, hai lelaki?

lelaki tak seharusnya menangis,
siapa yang bilang?
lelaki adalah sosok yang kuat fisik dan mentalnya.
Ya, itu statemen yang benar, tapi apakah itu berarti juga dia tak boleh berhati lembut?

pertanyaan itu akhir-akhir ini terjawab. sekitar dua tahun belakangan.
ketika makhluk bertitle lelaki mulai bisa kumengerti lebih dalam.
dan maukah kau kuberitahu teman, apakah yang membuat semua ini mencengangkan?
laki-laki yang (katanya cengeng karena..) menangis itu,
lelaki lemah itu (notabene kalian berfikir bahwa menangis itu lemah kan?) ..
lelaki itu...
mereka semua yang kutemui dua tahun terakhir ini adalah lelaki-lelaki hebat.
merekalah pemimpin-pemimpin masa depan,
di pundak merekalah gurat-gurat hidup dan matinya bangsa kelak terukir.
merekalah manusia-manusia pilihan., yang kelak jika mereka beriman, merekalah empat putaran pertama yang mencicipi surga...
dan...
merekalah lelaki yang tangis-tangisnya kulihat untuk waktu-waktu pertama.

tapi tangis mereka berbeda.
mereka menangis ketika takut pada TuhanNya.
mereka menangis ketika lega amanah-amanah mereka berkurang perlahan.
mereka menangis ketika melihat bahwa kepemimpinan mereka gagal.
mereka menangis ketika merasa tak cukup baik mengemban amanah.
mereka menangis karena tak bisa melupakan sejarah tentang perjalanan kepemimpinannya.
mereka menangis karena itu...
dari semuanya yang kalian lihat, kalau mau lebih perhatian, lihatlah semuanya teman!
mereka kebanyakan menangis karena takut akan tanggung jawabnya sebagai pemimpin!
mereka takut RidhaNya atas kepemimpinan mereka terhambat. tak turun melimpahi mereka.
mereka takut malaikat-malaikat itu tak mengembangkan sayap di forum-forum mereka, tak mengamini doa-doa mereka untuk kegiatan-da'wah mereka

Subhanallah!!!

hanya itu tiap kali yg terucap ketika melihat mereka meneteskan bulir-bulir air bening,
sungguh,
mereka memang jarang menangis, tidak seperti layaknya wanita yang sangat lembut dan mudah menangis.
tapi mereka tak kalah perasanya. dan mereka,
*yang membuatku lebih iri lagi
selalu menangis untuk hal-hal yang memang pantas ditangisi.

kalian tahu, mungkin malaikat pun berdoa, mengiringi jatuhnya bulir air mata itu ketika bergulir jatuh menuju tanah,
menenemaninya dengan doa-doa yang berskala langit.
.wonderful.

Ya! jangan takut menangis teman.
biar saja mereka mencaci, berspekulasi, bersumbar dua-tiga patah kata yang bernada kemenangan, merasa melihat seorang pemimpin yang lemah.
Yang penting kau tetap pada jalan itu.
jalan-jalan para pemimpin.
Jalan-jalan yang diridhai.

untuk para pemimpinku, "Hei, tangis itu membuatku iri. Smoga itu menjadikan hak sungai surga untuk kalian .................................................................................................."

Continue Reading...

February 01, 2009

Segemerlap Bintang

Terperangkap dalam cahaya gelap,
bersamaan dengan luapan perasaan yang tak tersingkap,
terlalu lama, terlalu lemah.
Hingga jadi hal semudah biasa.
Padahal, di bibir jurang galau ada tumpukan keping risau.
Meruncing dengan tajam,
melemahkan secara kejam.

Getar ini bukan mainan, tak bisa seenaknya diremehkan.
Menyentuh, berarti atasnya bertanggung jawab seluruh.

Meski begitu, ramalan menuai nyata.
Untuknya, dia ada dan tak tersangkal.
Menyisihkan semua gigih usaha,
menjadikannya tak ada guna.

Karena, rasa terlukis dengan keping hasta sejuta warna,
dan
tak terhubung oleh sehelai pun logika.

Tapi, biarlah, toh bukan cinta kalau itu dituntut paksa.
Maka, jika ada sepucuk kata menyerah,
bukan berarti aku kalah.
Aku sedang berusaha menang,
untuk dicintai segemerlap bintang.
Continue Reading...

Find Me !

Facebook  Twitter  Instagram

Blogroll

About

a complete pack of girl-turn-to-woman in her 20's something