October 20, 2016

Tanya Jawab Taaruf




Setelah penulisan proposal selesai, maka tahap selanjutnya akan ada penukaran proposal. Di titik ini, masing masing orang akan membaca proposal lawan taarufnya. 
Hmmmph. #tepuktepukdada #eluseluspunggung. 
Bismillaah. 

Sebelum membacanya ada baiknya untuk mengoreksi kembali niat, kembalikan ke gambaran besarnya, kenapa kita memutuskan untuk melakukan taaruf. Daaan, bacalah dalam kondisi damai yaa. Damai hati, damai fisik. Jangan kemrungsung, buru buru atau lagi hebring. Habis shalat dan wirid doa, biasanya waktu paling pas.

Eng ing eng!

...
...
...

Habis baca, maka baca lagi.
Sudah selesai?
Baca lagi.
Sudah tiga kali baca?

Hehe bisa distop sementara, dan coba rasakan, apakah di proposal lawan taaruf yang dibaca ada bagian yg mengganjal. Setelah tiga kali baca pasti keliatan yg mengganjal yg mana. Kalaupun ngga ada yg mengganjal, coba cari bagian yg bikin penasaran. Semua hal itu bisa dikumpulkan dan dijadikan pertanyaan yang secara syari bisa ditanyakan. Tentunya dengan pendampingan (lihat post sebelumnya tentang siapa aja yg bisa jadi pendamping). Pendamping akan mengforward pertanyaan kita pada pendamping lawan taaruf. Dan si lawan taaruf akan menerima pertanyaan kita dari pendampingnya. Sistem berlaku sama untuk pertanyaan atau ganjalan yang lawan taaruf punya setelah baca proposal kita.

Ribet yak? Hahaha, prakteknya ngga seribet ini kok. Kalau dirasa ribet, bisa juga dipotong rantainya dengan hanya satu pendamping. Kayak gini :

Kita - pendamping taaruf kita - si doi lawan taaruf
Intinya mah ada pendampingnya.

Kalau misalnya sudah cocok di hati, rasa rasanya nggak ada tuh bagian si lawan taaruf yang bikin ganjel, ya syukur alhamdulillah. Lanjut ke tahaap berikutnya.

Sebaliknya, kalaaau dari baca proposal aja kalian ngga klop, ngga klik, ngga yakin, udah kebanyakan suudzon (meski ngga sengaja dan tiba tiba gitu berprasangkanya), ya sudah bisa dikomunikasikan ke pendamping taaruf, proses bisa berhenti sampai disini.

Ps : tapi in my humble opinion, biar mantep dan ngga cuma karena alasan sekilas, proses dulu deh sampe stage tanya jawab. Kalau sudah ditanya, jawaban dia masih bikin kalian ngga mantep, nah baru deh deklare lantang kalau kita mundur.

Tahu mantep tidaknya dr mana?
Itu cuma hati kecil dan Allah yang tahu. Ngga bisa karena pendapat orang lain. Ngga bisa karena prasangka lain. Kadang tidak mantep karena tidak sefikroh, karena beda prinsip hidup, beda cara pandang, beda mimpi besarnya. Kadang masih tidak mantep karena hal yang non prinsipil seperti gaji, kerjanya, background keluarga, background pendidikan, dsb. Coba deh konsul ke Allah sambil pegang teguh keyakinan kalau poin jodoh terbaik itu dititik beratkan pada agama dan bahwa jodoh ngga ketuker. Minta supaya diberi petunjuk dan ditakdirkan yang terbaik.

Sekedar cerita aja, saya dulu waktu proses, saking ngga tenangnya, saking paranoidnya, sempet berniat untuk membombardir lawan taaruf dengan 50 pertanyaan meski sebenernya tidak ada yang krusial dan mendesak didalam proposalnya yang bisa jadi pertanyaan. Karena to be honest, saya merasa visi kami sama, goal tujuan hidupnya juga sama. Jadi 50 pertanyaan itu pure dibuat buat dengan skenario 'gimana kalau' jadi saya sok sok-an berandai andai, rada sedikit niat mau ngetes lawan taaruf. 

Ketika tiba saatnya buat tanya jawab, pendamping saya tanya, bisa kopi daratnya kapan? Terus saya kaget, lhoh kok langsung kopi darat mbak? Ngga ada tanya jawab? Si mbaknya malah tanya balik o, kamu ada pertanyaan intan? Habisnya si mas itu ngga ada pertanyaan.

Me be like : what?

Wkwk, pupus udah 50 pertanyaan yang direncanakan yangmana waktu itu literali udah mulai dilist sampe 10 nomer. Maluuuh dijee, kayak apa aja, pertanyaan sampe harus dibuat buat. Ngga syari. Padahal kan ngga ada yang begitu ngganjel. Uuuu. 

Akhirnya ketika itu, diputuskan saya hanya akan mengajukan pertanyaan paliiing syari yang paling mendesak. Bahkan saya yg rada parno sama masalah edukasi aja ngga berani tanya ipk lawan taaruf waktu kuliah. Ngga tanya toefl nilainya berapa, nggak tanya gajinya berapa, ngga tanya bisa nggak kira2 nafkahin setelah nikah. Ngga tanya - tanya dan usil tentang background sosial - ekonomi keluarga beliau. Ngga berani akhirnyaa. Segala pertanyaan itu berakhir didoa 'Ya Allah jika dia terbaik untuk hidupku, masa depanku dan dunia akhiratku maka dekatkanlah, jika dia bukan yang terbaik maka berikanlah hamba ganti yang lebih baik'

Yup sesederhana itu dan akhirnya cuma tiga pertanyaan yang saya tanyakan. 
  1. Masalah merokok atau tidak
    (ini super duper krusial buat saya, i will have no bargain about smoking)
  2. Bagaimana pendapatnya mengenai hutang untuk modal usaha
    (saya alhamdulillah tumbuh besar dari orangtua yang menghindari hutang, jadi agak ngeri bagi saya kalau tentang ini ngga sependapat, dan lawan taaruf saya termasuk tipe yang sangat percaya bahwa berdagang itu membuka pintu rizki, jadilah pertanyaan ini saya tanyakan)
  3. Dan kesediaan menunggu acara nikah yg mungkin agak lama karena menunggu kakak kandung yg belum pulang dr negeri sebrang (which is membuat agak riskan, karena kalau mengikuti aturan syari harusnya waktu tunggu dari khitbah ke nikah ga boleh lama2, resiko menjaga hatinya lebih lama, takutnya beliau atau bapak ustadznya tidak setuju.)

Dan berhubung si mas lawan taaruf itu tidak punya pertanyaan lanjutan buat saya, jadi diputuskan tiga pertanyaan saya diatas ditanyakan langsug saat kopi darat atau ketika bertemu untuk pertama kalinya. Jadi, jawaban atas pertanyaan saya ada di post selanjutnya. 

Wallahu'alam bishawab.


Continue Reading...

October 02, 2016

Bertukar Proposal


Contoh Real Proposal Taaruf :D




Yap finally sampai juga di pembahasan tentang tahapan – tahapan taaruf. Sebelum membahas jauh lebih dalam, there are things we should keep in mind.

  1. Keep syar’i. Karena yang dicari ridho Allah, jadi sebisa mungkin dilakukan dengan syar’i, sesuai hukum dan syariat Allah. Jangan sampe udah pusing pusing dan ribet pake taaruf, kontennya masih berisikan hal-hal nyeleneh. Nyeleneh contohnya : mengfungsikan taaruf sebagai pacaran syari
  2. Nobody is perfect. d’massive sering ngingetin bahwa tak ada manusia yang terlahir sempurna. Jadi, jangan sampe punya niat mencari pasangan yang sempurna via taaruf, karena mohon maaf lahir batin, ngga ada manusia yang kayak gitu, wkwk
  3. Be honest. Diusahakan dalam proses tahapannya, kita selalu jujur. Jujur sama Allah, jujur sama diri sendiri, jujur sama orang tua, jujur sama mediatornya, jujur sama lawan taarufnya. Kalau ngga jujur nanti repot sendiri dibelakang
  4. Pasrah dan ikhlas dalam setiap prosesnya, kalau jodoh berarti lanjut tiap tahapan, kalau salah satu ada yang memutuskan untuk berhenti, jangan kecewa atau malah jadi benci, (ini kasus terjadi biasanya pada seseorang yang udah klik sama lawan taarufnya, sedangkan si lawan ngga merasa kayak gitu) .
Okay, without further ado, ini dia tahapan tahapan taaruf

  • Tukeran proposal
  • Sesi Q&A (Tanya Jawab)
  • Kopi Darat
  • Nembung
  • Khitbah
  • Nikah
Simpel dan ngga ribet kaaan sebenernya?
YUP.


Tapi, untuk kesempatan kali ini akan dibahas lebih jauh dulu tentang :

Bertukar Proposal 


‘Proposal’ dalam taaruf itu artinya biodata, jadi buat yang parno denger kata ini karena horror-paska-skripsi, well take it easy guys. Ngga sesusah bikin proposal penelitian, hibah bersaing, proposal pkm, apalagi proposal skripsi. Jauuuuh. Proposal atau biodata singkat ini lebih mirip kayak CV sebenernya, tapi dengan kesan yang less formal dan berbentuk seperti narasi, bukan poin poin. Lebih mirip who am I (kalau yang mentoring biasanya bikin lembar who am I, jadi pasti lebih ada bayangan).

Apa aja isi proposalnya?
Semacam biodata singkat yang berisi

  •        Nama,
  •        TTL
  •        Email,
  •        Pendidikan
  •        Prestasi
  •        Pengalaman Organisasi
  •        Pengalaman Kerja
  •        Pengalaman dakwah (biasanya untuk yang ads, adk, atau anak mentoring)

Note : di proposal taaruf better kalau alamat rumah dan nomer hape para objek taaruf disembunyikan sementara, kalau ternyata proses lanjut ke tahapan yang lebih, baru nanti alamat sama nomer hapenya akan diinfokan. Tujuannya untuk meminimalisir kontak, plus kan tengsin kalau ternyata ngga jadi lanjut tapi udah simpen simpen nomer hape, bisa jadi bahan buat kepo kepo gitu via wh*tsapp.

Kenapa pula ada poin pendidikan, prestasi, pengalaman organisasi dan kerja di proposal taaruf? 
Hoo jangan salah, ini poin penting. Remember about zonk couple di post-an sebelumnya? Menuliskan prestasi dan value kita (which is bisa diliat dari pengalaman hidup baik di organisasi atau kerjaan) di proposal taaruf akan memberikan informasi mengenai seberapa preciousnya kita, dan ini merupakan daya tarik tersendiri. Dan siapa yang ngga suka dengan pasangan hidup berprestasi yang bisa dibanggakan? 

Deskripsi Diri

Isinya tentang deskripsi diri para objek taaruf. Fisiknya seperti apa, karakter secara umumnya gimana, kelebihan dan kekurangan dirinya apa aja, dan cacat/ bekas luka / penyakit bawaan yang ada.  

Mengisi bagian ini agak menantang sebenernya buat saya, haha. Karena istilahnya, inilah bagian yang pasti bakal dilihat dan dicermati oleh si lawan taaruf. Perasaan ngga pede menyeruak tiba-tiba, takut dan khawatir kalau ngga berhasil taaruf karena kesalahan penulisan di bagian ini. Pengen banget deh bisa nyembunyiin bagian – bagian diri yang ngga sempurna, ya bagian fisiknya, ya karakternya, ya kekurangan dan cacatnya, tapi hiks sayangnya ngga bisa T_T.

Mau bohong? Lah sayanya takut, menikah kan harapannya for a life time, haruskah dimulai dari kebohongan? Lagipula, kalau hanya menuliskan yang baik dan ternyata setelah menikah nyatanya kita tidak seluarbiasa ekspektasi dari yang dituliskan bagaimana? So, saya memutuskan untuk menuliskan se-apa-adanya-saya-tapi-tetap-dalam-bahasa-yang-masih-enak-dipandang-mata. Contohnya : di bagian ‘kekurangan diri ‘ instead of menuliskan cerewet, saya tulisnya rame, ngga rapih = disorganized, labil hati = moody.

Kalau tentang kelebihan diri, silakan menuliskan kelebihan diri dengan objektif. Jangan sampe terlalu lebay dan menimbulkan keheranan karena kenyataan didepannya tidak demikian. Misal ditulisnya : saya orangnya sabar, terus kalau kenyataannya di pernikahan besok, kitanya hilang sabar (karena banyak faktor) kan jadi maluuu, bakal sering disindir, hihi. Cukup dituliskan poin yang emang menonjol banget dari diri kita dan sudah sering dipuji banyak orang karena hal itu. Tapi juga jangan sampe ngga menuliskan apa-apa. Saking rendah hatinya, terus ngga menuliskan kelebihan apapun, jangan yaa, nanti dikira kita emang ngga punya kelebihan.

Tentang deskripsi fisik, nah ini. Ini nih, sodara-sodara. Paling menantang! Harus banget nyebutin tinggi dan berat badan tanpa ada pembulatan untuk dilebihin tingginya atau dikurangin beratnya yaa. Ahahaha. Udah, apa adanya aja, jujur gengs jujur. Pasang muka badak, hehe. Jangan khawatir dibatin kerempeng, atau gembrot, atau pendek, atau jangkung, atau buntal. Lawan yang mau taaruf insyaallah dikasi wejangan untuk tidak menceritakan aib kita pada orang lain. Jadi ditulis seapa-adanya. Kalau jerawat banyak dan bekas jerawatnya berjibun, juga teteup ditulis yaa #mukabadakpokoknya. Warna kulitnya jangan lupa, dan berkacamata/ngga.

Eh, bagian yang terpenting adalah tentang cacat fisik/ penyakit bawaan/ bekas luka yang permanen yaa. Silakan ditulis sesuai kenyataan yang ada, jangan sampai ditutup-tutupi dan membuat seakan akan kita baik baik saja. Kalau sampai kedepannya ketahuan dan pasangan kita merasa terbohongi, itu bisa bahaya. Semisal kalian beneran ngga punya ya Alhamdulillah, you’re so lucky.


Latar Belakang Keluarga

Disini tempatnya cerita tentang keluarga kita. Siapa Ayah, Ibu kita, apa pekerjaan dan aktivitas beliau. Berapa dan siapa saja saudara kandung kita. Sebisa mungkin ditambah juga dengan sekilas karakter dan sifat – sifat mereka semua dan bagaimana hubungan mereka dengan kita, dekat atau tidak. Tujuannya sebagai gambaran untuk lawan taaruf tentang keluarga kita.


Perjalanan Hidup 



Ceritain sekilas tentang perjalanan hidup dari lahir, sekolah, kuliah, sampai saat ini. Apa yang paling berkesan buat kita, kasih tahu alasannya apa. Supaya lawan taaruf tahu seberapa indahnya masa kecil dan proses mendewasa kita.


Orientasi / Rencana Kedepan



Ini termasuk poin penting dalam taaruf. Disini ditulis tentang rencana kedepan kita sebagai individu. See, sebagai manusia bebas yang akan menikah, kita berhak mengkomunikasikan apa yang jadi mimpi kita sejak kecil. Yang dokter kalau mau buka praktek ditulis, yang pengen lanjut S2 juga ditulis disini, yang pengen kerja dan really serious about it juga ditulis, yang pengen berwirausaha, atau pengen totalitas jadi ibu kece dirumah yang nantinya bakal mempersiapkan seutuh jiwa raga mengasuh generasi masa depan bangsa juga bisa ditulis.

Pun bisa juga ditulis, kota ideal untuk tempat tinggal, rencana ingin memiliki berapa anak, dll. Perempuan berhak mengkomunikasikan apa yang jadi mimpi, aspirasi dan keinginannya. Dari tulisan inilah nanti, pihak pria atau lawan taaruf akan beradaptasi, akan menimbang dan menilai, akan bertanya pada hati nurani mereka, sanggup tidakkah, bersedia tidakkah, ridho tidakkah mereka menerima kita menggapai itu semua. But silakan untuk tetep diingat, bahwa mengkomunikasikan keinginan bukan berarti harga mati. Nantinya setelah menikah yang ada bukan lagi keinginan pribadi, tapi sudah jadi mimpi bersama. Pencapaian dan bahagia bukan hanya milik kita, tapi semua sudah diraih berdua. Yang penting penerimaannya dulu.

Setelah penerimaan itu datang, sisanya bisa dilalui setelah menikah dengan ikhtiar dan berdoa. Oya, sedikit tips, kalau poin tentang keinginan, plis nulisnya yang rasional – rasional aja ya. Jangan sampai ini jadi boomerang buat kita karena menuliskannya : AKU BERMIMPI JADI DIREKTUR PERUSAHAAN. Hehe, cowok keder juga kali digituin, silakan ditulis dengan bahasa yang rada halus : Saya tetap ingin bekerja/berkarya setelah menikah. Masalah kerjanya terus jadi direktur perusahaan itu bisa dibahas dibelakang, hehe.


Kriteria Pasangan


Eng ing eng, sampai jugaa dipembahasan tentang kriteria. Uyeah. Ada yang excited? Menurut saya, menuliskan kriteria pasangan beda halnya dengan tulisan di poin deskripsi diri. Aura sama bebannya berasa beda. Kalau di deskripsi diri adanya beban, pusing mikir kalimatnya, banyak paranoidnya. Begitu di kriteria pasangan, coba deh tanpa piker panjang, pasti bakal lancaaar banget nulisnya. Kriteria Pasangan yang aku mau adalah  :

  1. Soleh
  2.  Pengetahuan agamanya luas
  3.  Pinter, cerdas
  4. Lulusan univ ternama Indonesia
  5. Lanjutin S2 di luar negeri
  6. Mapan
  7. Kerjanya di tempat bonafid
  8. Baik hati
  9. Ganteng
  10. Tinggi
  11. Badan atletis
  12. Rajin nabung buat beli rumah, beli mobil
  13. Kulitnya putih
  14. Senyumnya manis
  15. Giginya putih, rapi
  16. Humoris
  17.  Penyayang
  18. Pengertian
  19. Penyabar
  20.  Tanggungjawab
  21.  Berjiwa pemimpin
  22.  Ngga cemburuan
  23.  Bukan anak mama
  24.  Ngga manja
  25.  Siaga 24 jam
  26.  Ngga merokok
  27. Setia
  28. Bisa masak
  29. Dst
  30. Dst


See? Setuju sama kriteria diatas? Banyak kan yang bisa ditulis kalau soal menuntut? Kita lebih gampang menuliskan poin untuk kriteria pasangan daripada poin penilaian tentang kekurangan diri.

Yas, itu problemnya. Disitu letak problemnya~~. Banyak taaruf gagal karena masalah kriteria calon pasangan. Habisnya kadang sebagai manusia kita nuntut pasangannya ngga kira-kira. Padahal begitu mau nulis kelebihan diri bingung, lebihnya dimana, nulis kekurangan diri bingung, kenapa kurangnya banyak banget, hihi *pengalaman.

Nah terus gimana dong nulis kriteria yang oke? As you all know, dikembalikan lagi sesuai syariat. Dari Rasulullah kriteria calon pasangan itu ada empat :
  1. Dari agamanya
  2. Dari parasnya
  3. Dari hartanya
  4. Dari keturunannya

    Tapi hadis itu ngga cukup sampai disitu, ada lanjutannya :

    Dari keempat hal tersebut, maka utamakan memilih agamanya. Jadi, ngga salah kalau milih yang ganteng cantik, yang kaya dan anaknya orang terpandang, asaaaaaal lepas dari itu agamanya bagus. Ingaat jika ada seorang laki – laki datang kepadamu yang telah kalian ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dan jika tidak maka akan terjadi fitnah dan kerusakan besar (HR Tirmidzi).

    Yap, intinya silakan menuliskan kriteria yang syar’I tanpa menafikkan kebutuhan pribadi kita tentang pasangan. Kalau saya ketika proses hanya menuliskan lima syarat (yang menurut saya amat sangat dikit dan super syari, tapi begitu tahu syarat dari lawan taaruf. Cuma dua biji, langsung tertohok, telak. Makin sedikit syarat imho, semakin menunjukkan kepasrahan si objek taaruf terhadap ketentuan Allah. Lebih banyak bonusnya  insyaallah. Kondisinya sama dengan ketika kita seorang bos terhadap bawahan. Kepada  bawahan yang banyak menuntut syarat dan meminta, maka kita akan memberi sebatas apa  yang kita ikhlas, hamper mustahil memenuhi seluruh keinginannya. Beda halnya ketika bertemu bawahan yang sangaat manut, permintaannya tidak banyak, rasa hati kan pengen  memberi banyak bonus. Wkwk.

    Paras akan menua, harta bisa saja habis, nasab dapat jadi fitnah, Cuma agama yang akan melindungimu. Pasangan yang agamanya baik, akan berusaha sebisa mungkin menjadi sosok pasangan sholih/ah, melakukan yang terbaik untuk mendapatkan ridho Allah dan tidak akan menyiakan-nyiakan kita insyaallah.

    Wallahu'alam bishawab...( to be continued... )

    Stay tune for the next feed! Rencananya akan membahas ttg sesi tanya jawab dalam taaruf, doakan bisa update cepat dan rajin biar bisa selesai membahas taarufnya, wkwk.



Continue Reading...

Find Me !

Facebook  Twitter  Instagram

Blogroll

About

a complete pack of girl-turn-to-woman in her 20's something