2004 -- 19 Juli
Gadis berhasil memasuki jenjang impiannya yang lebih tinggi. Menjadikannya semangat baru untuk kehidupan dan pengejaran makna atas hidup. Bukan gadis buruk rupa dengan pipi tembam, kacamata berbingkai hitam, dan model rambut kepang dua. Yang ada hanya sepetak wajah (meski masih dengan kacamata kotak berbingkai hitam), dan baju seragam putih - biru nya yang lengkap dengan kerudung putih. Ada azzam yang terpendam, ada ingin yang diniatkan menjadi harapan.
Akan tetapi, orang tak pernah tau, kapan hidayah itu diberi, dan bahkan diambil...mereka boleh mengira, memprediksi dan bangga atas hidayah. Tapi mereka tak bisa mengelak, jatah bagaimana yang menjadi hak, tiap-tiap manusianya...sama seperti si gadis, bolehlah orang bilang dia sudah berjilbab, bolehlah orang mengira hidayah itu sudah datang padanya, bolehlah orang mengacunginya jempol, tapi ternyata gadis itu azzamnya tidak sekuat ego yang dimilikinya..
Masih teringat jelas difile memori, gadis itu menunjukkan pada setiap orang foto terakhir kali yang dimilikinya sebelum berjilbab. setiap orang yang meragukan tentang penampilannya, pasti ditunjukkan dengan sangat bangga foto tersebut (yang entah kenapa bisa terlihat sangat bagus, semua sisi keburuk-rupaannya nyaris tak terdeteksi), dan mirisnya gadis itu tidak tahu bahwa hal itu tidak boleh, bahwa itu juga merupakan sebuah aurat ...(T_T)
2004 – pertengahan 2005
Setahun mulai berjalan di sekolah menengah pertama, gadis itu seperti biasa, masih berlaku sesuai dengan keinginannya. Apa saja yang dia inginkan dilakukannya. Sampai pusing orang-orang disekeliling mewarta beritakan tingkah lakunya. Kakak pernah memarahinya, gara-gara dia pernah dengan lagak galak bin dibuat-buat melatih satu peleton inti dengan lengan baju yang disingsingkan, kerudung panjangnya diikat dibelakang kepala dan rok yang diangkat tinggi-tinggi (meski niat awalnya sih pengen kayak pejuang ‘45).
“Kenapa itu baju, jilbab sama rok dipakenya ngga bener?” kakak menginterogasi.
“Kan ribet, maunya biar simple dan semangat digituin aja.”
“Digituin? Apa maksutnya? Sadar ngga to itu ngga bener? Kalo emang caranya gitu ngga usah pake model muslim. T*******G sekalian juga ndak papa.” Dan kakak mengeloyor pergi.
Hu-uh sebel banget, sebel. Sebel. Sebel. Sebel. Waktu itu gadis sudah sangat tau kalau itu bukan hal yang benar, tapi kan.. tapi…teman-teman gadis juga melakukan hal yang sama…kenapa dia tidak boleh?
2006 – Januari
Waktu berjalan, tak pernah berhenti bertoleran dengan yang tertinggal. Terus melewatkan banyak hal demi tugasnya. Waktu memang tak pernah mau tahu. Jatah hidup manusia sudah ada. Kalau mereka tidak mau melakukan yang terbaik, bukan salah waktu tak memberikan perhatian lebihnya. Bukan salah mentari tak mau melongok ke dalam hari-harinya lagi.
Begitu juga waktu dan mentari dalam hidup gadis. Mereka silih berganti hanya seperti sepenggal bayangan. Tidak pernah masuk dalam pemaknaan.
Gadis sudah mulai terlena dengan keadaan. Menjadi remaja normal, dengan berkenalan dengan banyak hal berbau hedeonis. Melihat 'dunia sebenarnya' untuk pertama kalinya. Terguncang dengan atmosfer berbeda yang seribu kali lipat lain dari 'dunia' nya dulu.
Maka datanglah peringatan dari Rabb sang penguasa Alam sebagai ganjaran untuk Gadis. Penerimaan rapot, kelas dua semester satu. Peringkat terjelek dalam hidupnya menyapa. Ah, amat memalukan sebenarnya untuk diceritakan. Untuk apa? Aib tak pernah sangat indah untuk dibagi, kecuali diambil manfaat dan hikmahnya. Tapi alasan terakhir bisa diambil sebagai landasan meneruskan kronologi ini. (Dan percayalah dibalik semuanya, Allah tau yang terbaik).
2006 - Januari, liburan semester I
Dengan setumpuk kekecewaan, wanita luar biasa itu mengerahkan segala yang dia punya untuk mengembalikan gadis kecilnya ke jalan yang benar. Liburan semester itu tak sedetik pun terlewat tanpa mengulang-ngulang apa yang harus diperbaiki di semester depan. Langkah kongkritnya benar benar terjadi, ahad pekan pertama liburan. Wanita hebat itu mendaftarkannyya untuk sebuah training ESQ (Emotional Spiritual Quotient) selama seharian penuh. Kata wanita itu untuk penyemangat belajar. Gadis sebenarnya sudah jenuh dengan semua tutoran wanita hebat itu, yang terasa seperti pendoktrinan tiada henti. Bukan apa-apa, tapi dia hanya berusaha ‘normal’ seperti teman-temannya di sekolah. Well, dia memang melakukan kesalahan karena nilai semester itu tidak bisa dipertanggungjawabkan dan terlihat mulai sedikit membangkan karena banyak hal baru menyapanya, tapi bukan berarti usahanya menjadi remaja ‘normal’ di jaman ini menjadi sebab utama. Beribu alasan sudah terlontar untuk menggagalkan the big plan wanita itu. Tapi, seperti kembali di awal tadi, tidak ada yang bisa menolak. Akhirnya dengan azzam kuat ‘tak mau berubah apapun yang terjadi’ berangkatlah gadis dan kakaknya ke acara itu.
Dan sungguh, betapa Allah punya rencana, betapa Allah luar biasa.
Ya Muqqalibal Qulub !!! hati berubah 180 derajat , arghhh,,,menjelaskan apa rasa yang ada selama training ESQ fullday itu pun gadis tak bisa. Yang dia tahu Allah luar biasa, yang dia tahu Allah sudah memberikan banyak untuknya, yang dia tahu dia merasa hina karena tidak pernah mencoba mengenal Allah, yang dia tahu dia selama ini belum melakukan apa-apa untuk Allah. Titik terlemah gadis sebagai seorang manusia dirasakannya hari itu, siang ba’da zuhur di sebuah ruangan gelap, dengan hanya suara trainer dan music mengalun, serta pembacaan QS : Yunus 31
Katakanlah: Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka menjawab: Allah. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)? (QS. 10:31)
Gadis bersujud, menempelkan dalam-dalam kepalanya pada tanah ia berpijak, kalau saja bisa dia ingin untuk masuk ke tanah, menyembunyikan malu yang ia rasakan atas semua dosa yang melumurinya, dia malu pada Rabb-nya! Dia malu padaMU Rabbi…
Dia menangis sejadi-jadinya, dia menjerit, benar-benar seperti ada petir yang menyambar dirinya. Batinnya shock sekali, lelah, tak mengerti, bingung, malu, tak tahu bagaimana menghilangkan rasa hina yang luar biasa melanda.
Ya Ghoffur, ampunkan gadis itu….
2006 - akhir tahun
Sekolah menengah pertama gadis kedatangan sebuah grup nasyid dengan inisial FTH, semua orang di kelas gadis gempar. Sebuah pemandangan baru untuk smp seperti di mana gadis bersekolah. Sangat aneh, jarang, tapi disambut dengan senang. Setiap orang dikelasnya penasaran, ingin tahu. Dan dengan kekanak-kanakan khas anak smp, selesai acara itu teman-teman sekelas (jelas notabene cewek) mengrubungi pihak dari manajemen grup nasyid FTH, bertanya macam-macam selayaknya wartawan di acara gosip selebriti. Kami kenal nama pertama yaitu CHY yang merupakan manajer dari grup nasyid itu. orang yang charming, menarik, dan pandai (sepertinya) berinteraksi dengan anak-anak seperti kami.
Lucunya, setelah kami banyak bertanya, mas CHY melontarkan balik banyak pertanyaan aneh. Tentang kajian, tentang pelajaran agama, tentang kelompok belajar, tentang alumni-alumni, tentang banyak hal...
Yang ternyata kelak akan menjadi rutinitas ku (dan beberapa teman yang lain)
2006 - akhir tahun (dua pekan setelah kedatangan FTH)
Aku mengenal seseorang yang baru! aku memanggilnya 'mbak', dengan jilbab lebar, kulit hitam manis dan wajah teduh yang sabar. Beliau memperkenalkan diri sebagai teman dari mas CHY. Oh Allah, tak pernah tertebak apa rencanaMU. Ya, itu pertama kali aku mengenalnya. seorang kakak, seorang saudara. Yang hingga kini masih senantiasa sabar berada di sisiku. Berjalan berdampingan, belajar bersama, bukan mendahului dan meninggalkan.
Allah mulai menunjukkan banyak hal, Ah Allah...
. . . to be continued . . .