October 20, 2016

Tanya Jawab Taaruf




Setelah penulisan proposal selesai, maka tahap selanjutnya akan ada penukaran proposal. Di titik ini, masing masing orang akan membaca proposal lawan taarufnya. 
Hmmmph. #tepuktepukdada #eluseluspunggung. 
Bismillaah. 

Sebelum membacanya ada baiknya untuk mengoreksi kembali niat, kembalikan ke gambaran besarnya, kenapa kita memutuskan untuk melakukan taaruf. Daaan, bacalah dalam kondisi damai yaa. Damai hati, damai fisik. Jangan kemrungsung, buru buru atau lagi hebring. Habis shalat dan wirid doa, biasanya waktu paling pas.

Eng ing eng!

...
...
...

Habis baca, maka baca lagi.
Sudah selesai?
Baca lagi.
Sudah tiga kali baca?

Hehe bisa distop sementara, dan coba rasakan, apakah di proposal lawan taaruf yang dibaca ada bagian yg mengganjal. Setelah tiga kali baca pasti keliatan yg mengganjal yg mana. Kalaupun ngga ada yg mengganjal, coba cari bagian yg bikin penasaran. Semua hal itu bisa dikumpulkan dan dijadikan pertanyaan yang secara syari bisa ditanyakan. Tentunya dengan pendampingan (lihat post sebelumnya tentang siapa aja yg bisa jadi pendamping). Pendamping akan mengforward pertanyaan kita pada pendamping lawan taaruf. Dan si lawan taaruf akan menerima pertanyaan kita dari pendampingnya. Sistem berlaku sama untuk pertanyaan atau ganjalan yang lawan taaruf punya setelah baca proposal kita.

Ribet yak? Hahaha, prakteknya ngga seribet ini kok. Kalau dirasa ribet, bisa juga dipotong rantainya dengan hanya satu pendamping. Kayak gini :

Kita - pendamping taaruf kita - si doi lawan taaruf
Intinya mah ada pendampingnya.

Kalau misalnya sudah cocok di hati, rasa rasanya nggak ada tuh bagian si lawan taaruf yang bikin ganjel, ya syukur alhamdulillah. Lanjut ke tahaap berikutnya.

Sebaliknya, kalaaau dari baca proposal aja kalian ngga klop, ngga klik, ngga yakin, udah kebanyakan suudzon (meski ngga sengaja dan tiba tiba gitu berprasangkanya), ya sudah bisa dikomunikasikan ke pendamping taaruf, proses bisa berhenti sampai disini.

Ps : tapi in my humble opinion, biar mantep dan ngga cuma karena alasan sekilas, proses dulu deh sampe stage tanya jawab. Kalau sudah ditanya, jawaban dia masih bikin kalian ngga mantep, nah baru deh deklare lantang kalau kita mundur.

Tahu mantep tidaknya dr mana?
Itu cuma hati kecil dan Allah yang tahu. Ngga bisa karena pendapat orang lain. Ngga bisa karena prasangka lain. Kadang tidak mantep karena tidak sefikroh, karena beda prinsip hidup, beda cara pandang, beda mimpi besarnya. Kadang masih tidak mantep karena hal yang non prinsipil seperti gaji, kerjanya, background keluarga, background pendidikan, dsb. Coba deh konsul ke Allah sambil pegang teguh keyakinan kalau poin jodoh terbaik itu dititik beratkan pada agama dan bahwa jodoh ngga ketuker. Minta supaya diberi petunjuk dan ditakdirkan yang terbaik.

Sekedar cerita aja, saya dulu waktu proses, saking ngga tenangnya, saking paranoidnya, sempet berniat untuk membombardir lawan taaruf dengan 50 pertanyaan meski sebenernya tidak ada yang krusial dan mendesak didalam proposalnya yang bisa jadi pertanyaan. Karena to be honest, saya merasa visi kami sama, goal tujuan hidupnya juga sama. Jadi 50 pertanyaan itu pure dibuat buat dengan skenario 'gimana kalau' jadi saya sok sok-an berandai andai, rada sedikit niat mau ngetes lawan taaruf. 

Ketika tiba saatnya buat tanya jawab, pendamping saya tanya, bisa kopi daratnya kapan? Terus saya kaget, lhoh kok langsung kopi darat mbak? Ngga ada tanya jawab? Si mbaknya malah tanya balik o, kamu ada pertanyaan intan? Habisnya si mas itu ngga ada pertanyaan.

Me be like : what?

Wkwk, pupus udah 50 pertanyaan yang direncanakan yangmana waktu itu literali udah mulai dilist sampe 10 nomer. Maluuuh dijee, kayak apa aja, pertanyaan sampe harus dibuat buat. Ngga syari. Padahal kan ngga ada yang begitu ngganjel. Uuuu. 

Akhirnya ketika itu, diputuskan saya hanya akan mengajukan pertanyaan paliiing syari yang paling mendesak. Bahkan saya yg rada parno sama masalah edukasi aja ngga berani tanya ipk lawan taaruf waktu kuliah. Ngga tanya toefl nilainya berapa, nggak tanya gajinya berapa, ngga tanya bisa nggak kira2 nafkahin setelah nikah. Ngga tanya - tanya dan usil tentang background sosial - ekonomi keluarga beliau. Ngga berani akhirnyaa. Segala pertanyaan itu berakhir didoa 'Ya Allah jika dia terbaik untuk hidupku, masa depanku dan dunia akhiratku maka dekatkanlah, jika dia bukan yang terbaik maka berikanlah hamba ganti yang lebih baik'

Yup sesederhana itu dan akhirnya cuma tiga pertanyaan yang saya tanyakan. 
  1. Masalah merokok atau tidak
    (ini super duper krusial buat saya, i will have no bargain about smoking)
  2. Bagaimana pendapatnya mengenai hutang untuk modal usaha
    (saya alhamdulillah tumbuh besar dari orangtua yang menghindari hutang, jadi agak ngeri bagi saya kalau tentang ini ngga sependapat, dan lawan taaruf saya termasuk tipe yang sangat percaya bahwa berdagang itu membuka pintu rizki, jadilah pertanyaan ini saya tanyakan)
  3. Dan kesediaan menunggu acara nikah yg mungkin agak lama karena menunggu kakak kandung yg belum pulang dr negeri sebrang (which is membuat agak riskan, karena kalau mengikuti aturan syari harusnya waktu tunggu dari khitbah ke nikah ga boleh lama2, resiko menjaga hatinya lebih lama, takutnya beliau atau bapak ustadznya tidak setuju.)

Dan berhubung si mas lawan taaruf itu tidak punya pertanyaan lanjutan buat saya, jadi diputuskan tiga pertanyaan saya diatas ditanyakan langsug saat kopi darat atau ketika bertemu untuk pertama kalinya. Jadi, jawaban atas pertanyaan saya ada di post selanjutnya. 

Wallahu'alam bishawab.


Continue Reading...

October 02, 2016

Bertukar Proposal


Contoh Real Proposal Taaruf :D




Yap finally sampai juga di pembahasan tentang tahapan – tahapan taaruf. Sebelum membahas jauh lebih dalam, there are things we should keep in mind.

  1. Keep syar’i. Karena yang dicari ridho Allah, jadi sebisa mungkin dilakukan dengan syar’i, sesuai hukum dan syariat Allah. Jangan sampe udah pusing pusing dan ribet pake taaruf, kontennya masih berisikan hal-hal nyeleneh. Nyeleneh contohnya : mengfungsikan taaruf sebagai pacaran syari
  2. Nobody is perfect. d’massive sering ngingetin bahwa tak ada manusia yang terlahir sempurna. Jadi, jangan sampe punya niat mencari pasangan yang sempurna via taaruf, karena mohon maaf lahir batin, ngga ada manusia yang kayak gitu, wkwk
  3. Be honest. Diusahakan dalam proses tahapannya, kita selalu jujur. Jujur sama Allah, jujur sama diri sendiri, jujur sama orang tua, jujur sama mediatornya, jujur sama lawan taarufnya. Kalau ngga jujur nanti repot sendiri dibelakang
  4. Pasrah dan ikhlas dalam setiap prosesnya, kalau jodoh berarti lanjut tiap tahapan, kalau salah satu ada yang memutuskan untuk berhenti, jangan kecewa atau malah jadi benci, (ini kasus terjadi biasanya pada seseorang yang udah klik sama lawan taarufnya, sedangkan si lawan ngga merasa kayak gitu) .
Okay, without further ado, ini dia tahapan tahapan taaruf

  • Tukeran proposal
  • Sesi Q&A (Tanya Jawab)
  • Kopi Darat
  • Nembung
  • Khitbah
  • Nikah
Simpel dan ngga ribet kaaan sebenernya?
YUP.


Tapi, untuk kesempatan kali ini akan dibahas lebih jauh dulu tentang :

Bertukar Proposal 


‘Proposal’ dalam taaruf itu artinya biodata, jadi buat yang parno denger kata ini karena horror-paska-skripsi, well take it easy guys. Ngga sesusah bikin proposal penelitian, hibah bersaing, proposal pkm, apalagi proposal skripsi. Jauuuuh. Proposal atau biodata singkat ini lebih mirip kayak CV sebenernya, tapi dengan kesan yang less formal dan berbentuk seperti narasi, bukan poin poin. Lebih mirip who am I (kalau yang mentoring biasanya bikin lembar who am I, jadi pasti lebih ada bayangan).

Apa aja isi proposalnya?
Semacam biodata singkat yang berisi

  •        Nama,
  •        TTL
  •        Email,
  •        Pendidikan
  •        Prestasi
  •        Pengalaman Organisasi
  •        Pengalaman Kerja
  •        Pengalaman dakwah (biasanya untuk yang ads, adk, atau anak mentoring)

Note : di proposal taaruf better kalau alamat rumah dan nomer hape para objek taaruf disembunyikan sementara, kalau ternyata proses lanjut ke tahapan yang lebih, baru nanti alamat sama nomer hapenya akan diinfokan. Tujuannya untuk meminimalisir kontak, plus kan tengsin kalau ternyata ngga jadi lanjut tapi udah simpen simpen nomer hape, bisa jadi bahan buat kepo kepo gitu via wh*tsapp.

Kenapa pula ada poin pendidikan, prestasi, pengalaman organisasi dan kerja di proposal taaruf? 
Hoo jangan salah, ini poin penting. Remember about zonk couple di post-an sebelumnya? Menuliskan prestasi dan value kita (which is bisa diliat dari pengalaman hidup baik di organisasi atau kerjaan) di proposal taaruf akan memberikan informasi mengenai seberapa preciousnya kita, dan ini merupakan daya tarik tersendiri. Dan siapa yang ngga suka dengan pasangan hidup berprestasi yang bisa dibanggakan? 

Deskripsi Diri

Isinya tentang deskripsi diri para objek taaruf. Fisiknya seperti apa, karakter secara umumnya gimana, kelebihan dan kekurangan dirinya apa aja, dan cacat/ bekas luka / penyakit bawaan yang ada.  

Mengisi bagian ini agak menantang sebenernya buat saya, haha. Karena istilahnya, inilah bagian yang pasti bakal dilihat dan dicermati oleh si lawan taaruf. Perasaan ngga pede menyeruak tiba-tiba, takut dan khawatir kalau ngga berhasil taaruf karena kesalahan penulisan di bagian ini. Pengen banget deh bisa nyembunyiin bagian – bagian diri yang ngga sempurna, ya bagian fisiknya, ya karakternya, ya kekurangan dan cacatnya, tapi hiks sayangnya ngga bisa T_T.

Mau bohong? Lah sayanya takut, menikah kan harapannya for a life time, haruskah dimulai dari kebohongan? Lagipula, kalau hanya menuliskan yang baik dan ternyata setelah menikah nyatanya kita tidak seluarbiasa ekspektasi dari yang dituliskan bagaimana? So, saya memutuskan untuk menuliskan se-apa-adanya-saya-tapi-tetap-dalam-bahasa-yang-masih-enak-dipandang-mata. Contohnya : di bagian ‘kekurangan diri ‘ instead of menuliskan cerewet, saya tulisnya rame, ngga rapih = disorganized, labil hati = moody.

Kalau tentang kelebihan diri, silakan menuliskan kelebihan diri dengan objektif. Jangan sampe terlalu lebay dan menimbulkan keheranan karena kenyataan didepannya tidak demikian. Misal ditulisnya : saya orangnya sabar, terus kalau kenyataannya di pernikahan besok, kitanya hilang sabar (karena banyak faktor) kan jadi maluuu, bakal sering disindir, hihi. Cukup dituliskan poin yang emang menonjol banget dari diri kita dan sudah sering dipuji banyak orang karena hal itu. Tapi juga jangan sampe ngga menuliskan apa-apa. Saking rendah hatinya, terus ngga menuliskan kelebihan apapun, jangan yaa, nanti dikira kita emang ngga punya kelebihan.

Tentang deskripsi fisik, nah ini. Ini nih, sodara-sodara. Paling menantang! Harus banget nyebutin tinggi dan berat badan tanpa ada pembulatan untuk dilebihin tingginya atau dikurangin beratnya yaa. Ahahaha. Udah, apa adanya aja, jujur gengs jujur. Pasang muka badak, hehe. Jangan khawatir dibatin kerempeng, atau gembrot, atau pendek, atau jangkung, atau buntal. Lawan yang mau taaruf insyaallah dikasi wejangan untuk tidak menceritakan aib kita pada orang lain. Jadi ditulis seapa-adanya. Kalau jerawat banyak dan bekas jerawatnya berjibun, juga teteup ditulis yaa #mukabadakpokoknya. Warna kulitnya jangan lupa, dan berkacamata/ngga.

Eh, bagian yang terpenting adalah tentang cacat fisik/ penyakit bawaan/ bekas luka yang permanen yaa. Silakan ditulis sesuai kenyataan yang ada, jangan sampai ditutup-tutupi dan membuat seakan akan kita baik baik saja. Kalau sampai kedepannya ketahuan dan pasangan kita merasa terbohongi, itu bisa bahaya. Semisal kalian beneran ngga punya ya Alhamdulillah, you’re so lucky.


Latar Belakang Keluarga

Disini tempatnya cerita tentang keluarga kita. Siapa Ayah, Ibu kita, apa pekerjaan dan aktivitas beliau. Berapa dan siapa saja saudara kandung kita. Sebisa mungkin ditambah juga dengan sekilas karakter dan sifat – sifat mereka semua dan bagaimana hubungan mereka dengan kita, dekat atau tidak. Tujuannya sebagai gambaran untuk lawan taaruf tentang keluarga kita.


Perjalanan Hidup 



Ceritain sekilas tentang perjalanan hidup dari lahir, sekolah, kuliah, sampai saat ini. Apa yang paling berkesan buat kita, kasih tahu alasannya apa. Supaya lawan taaruf tahu seberapa indahnya masa kecil dan proses mendewasa kita.


Orientasi / Rencana Kedepan



Ini termasuk poin penting dalam taaruf. Disini ditulis tentang rencana kedepan kita sebagai individu. See, sebagai manusia bebas yang akan menikah, kita berhak mengkomunikasikan apa yang jadi mimpi kita sejak kecil. Yang dokter kalau mau buka praktek ditulis, yang pengen lanjut S2 juga ditulis disini, yang pengen kerja dan really serious about it juga ditulis, yang pengen berwirausaha, atau pengen totalitas jadi ibu kece dirumah yang nantinya bakal mempersiapkan seutuh jiwa raga mengasuh generasi masa depan bangsa juga bisa ditulis.

Pun bisa juga ditulis, kota ideal untuk tempat tinggal, rencana ingin memiliki berapa anak, dll. Perempuan berhak mengkomunikasikan apa yang jadi mimpi, aspirasi dan keinginannya. Dari tulisan inilah nanti, pihak pria atau lawan taaruf akan beradaptasi, akan menimbang dan menilai, akan bertanya pada hati nurani mereka, sanggup tidakkah, bersedia tidakkah, ridho tidakkah mereka menerima kita menggapai itu semua. But silakan untuk tetep diingat, bahwa mengkomunikasikan keinginan bukan berarti harga mati. Nantinya setelah menikah yang ada bukan lagi keinginan pribadi, tapi sudah jadi mimpi bersama. Pencapaian dan bahagia bukan hanya milik kita, tapi semua sudah diraih berdua. Yang penting penerimaannya dulu.

Setelah penerimaan itu datang, sisanya bisa dilalui setelah menikah dengan ikhtiar dan berdoa. Oya, sedikit tips, kalau poin tentang keinginan, plis nulisnya yang rasional – rasional aja ya. Jangan sampai ini jadi boomerang buat kita karena menuliskannya : AKU BERMIMPI JADI DIREKTUR PERUSAHAAN. Hehe, cowok keder juga kali digituin, silakan ditulis dengan bahasa yang rada halus : Saya tetap ingin bekerja/berkarya setelah menikah. Masalah kerjanya terus jadi direktur perusahaan itu bisa dibahas dibelakang, hehe.


Kriteria Pasangan


Eng ing eng, sampai jugaa dipembahasan tentang kriteria. Uyeah. Ada yang excited? Menurut saya, menuliskan kriteria pasangan beda halnya dengan tulisan di poin deskripsi diri. Aura sama bebannya berasa beda. Kalau di deskripsi diri adanya beban, pusing mikir kalimatnya, banyak paranoidnya. Begitu di kriteria pasangan, coba deh tanpa piker panjang, pasti bakal lancaaar banget nulisnya. Kriteria Pasangan yang aku mau adalah  :

  1. Soleh
  2.  Pengetahuan agamanya luas
  3.  Pinter, cerdas
  4. Lulusan univ ternama Indonesia
  5. Lanjutin S2 di luar negeri
  6. Mapan
  7. Kerjanya di tempat bonafid
  8. Baik hati
  9. Ganteng
  10. Tinggi
  11. Badan atletis
  12. Rajin nabung buat beli rumah, beli mobil
  13. Kulitnya putih
  14. Senyumnya manis
  15. Giginya putih, rapi
  16. Humoris
  17.  Penyayang
  18. Pengertian
  19. Penyabar
  20.  Tanggungjawab
  21.  Berjiwa pemimpin
  22.  Ngga cemburuan
  23.  Bukan anak mama
  24.  Ngga manja
  25.  Siaga 24 jam
  26.  Ngga merokok
  27. Setia
  28. Bisa masak
  29. Dst
  30. Dst


See? Setuju sama kriteria diatas? Banyak kan yang bisa ditulis kalau soal menuntut? Kita lebih gampang menuliskan poin untuk kriteria pasangan daripada poin penilaian tentang kekurangan diri.

Yas, itu problemnya. Disitu letak problemnya~~. Banyak taaruf gagal karena masalah kriteria calon pasangan. Habisnya kadang sebagai manusia kita nuntut pasangannya ngga kira-kira. Padahal begitu mau nulis kelebihan diri bingung, lebihnya dimana, nulis kekurangan diri bingung, kenapa kurangnya banyak banget, hihi *pengalaman.

Nah terus gimana dong nulis kriteria yang oke? As you all know, dikembalikan lagi sesuai syariat. Dari Rasulullah kriteria calon pasangan itu ada empat :
  1. Dari agamanya
  2. Dari parasnya
  3. Dari hartanya
  4. Dari keturunannya

    Tapi hadis itu ngga cukup sampai disitu, ada lanjutannya :

    Dari keempat hal tersebut, maka utamakan memilih agamanya. Jadi, ngga salah kalau milih yang ganteng cantik, yang kaya dan anaknya orang terpandang, asaaaaaal lepas dari itu agamanya bagus. Ingaat jika ada seorang laki – laki datang kepadamu yang telah kalian ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dan jika tidak maka akan terjadi fitnah dan kerusakan besar (HR Tirmidzi).

    Yap, intinya silakan menuliskan kriteria yang syar’I tanpa menafikkan kebutuhan pribadi kita tentang pasangan. Kalau saya ketika proses hanya menuliskan lima syarat (yang menurut saya amat sangat dikit dan super syari, tapi begitu tahu syarat dari lawan taaruf. Cuma dua biji, langsung tertohok, telak. Makin sedikit syarat imho, semakin menunjukkan kepasrahan si objek taaruf terhadap ketentuan Allah. Lebih banyak bonusnya  insyaallah. Kondisinya sama dengan ketika kita seorang bos terhadap bawahan. Kepada  bawahan yang banyak menuntut syarat dan meminta, maka kita akan memberi sebatas apa  yang kita ikhlas, hamper mustahil memenuhi seluruh keinginannya. Beda halnya ketika bertemu bawahan yang sangaat manut, permintaannya tidak banyak, rasa hati kan pengen  memberi banyak bonus. Wkwk.

    Paras akan menua, harta bisa saja habis, nasab dapat jadi fitnah, Cuma agama yang akan melindungimu. Pasangan yang agamanya baik, akan berusaha sebisa mungkin menjadi sosok pasangan sholih/ah, melakukan yang terbaik untuk mendapatkan ridho Allah dan tidak akan menyiakan-nyiakan kita insyaallah.

    Wallahu'alam bishawab...( to be continued... )

    Stay tune for the next feed! Rencananya akan membahas ttg sesi tanya jawab dalam taaruf, doakan bisa update cepat dan rajin biar bisa selesai membahas taarufnya, wkwk.



Continue Reading...

May 15, 2016

Alasan Ta'aruf






Sebelum ketahapan/langkah2 proses taarufnya, kayaknya saya akan membahas tentang alasan bertaaruf dulu deh, biar makin yakin buat yang mau coba, dan makin tahu alasan dari sudut pandang 'orang dalam' nya bagi yang masih kurang yakin.
  

Kenapa taaruf? 

Bagi mereka yang sinis pasti nyautnya : karena objek taaruf pada ngga punya pacar. Hoho, itu bener bangeet, emang yang taaruf biasanya ngga punya pacar, tapi ngga punya pacar beda lho yaa sama ngga laku, banyak yang memutuskan taaruf setelah nolakin sekian banyak cowok yang ngantri pengen macarin.

Public figure di Indonesia aja udah banyak yang memercayakan pencarian jodohnya dengan proses taaruf, ada Oki Setiana Dewi, Fedi Nuril, Angella Fransisca, Yulia Rahman dst. Apakah karena taaruf mereka dapet pasangan yang kualitasnya buruk atau ngga sekece orang pada umumnya?

Jawabannya NOOO, figure figure itu dapet pasangan yang top quality juga. Yang cewek (mba oki, teh angie, tante yulia) dapet para entrepreneur muda yang secara rizki alhamdulillah lancar, yang cowok (Bang Fedi) dapet istri cuantiks dan jodoh mereka didapat tanpa menghilangkan fokus utama dalam pencarian pasangan hidup, yaitu searching soulmate to heaven, mereka yang sefikroh, sepemikiran, sevisi-misi, untuk menjalani hidup kedepannya di koridor jalan Allah.
Kece badai kaaan.

Lah kan mereka artist, jelas dapet pasangan yang top quality.
Nope, sebenernya hakikatnya bukan karena profesi mereka sebagai ‘artis’nya,
tapi value apa yang ada dalam diri mereka.
Seberapa pantaskah kita mendapat sosok pendamping yang top quality?
Sepantas kalau kita termasuk golongan orang yang top quality juga.
Udahlah artis, berprestasi, keimanannya tinggi, ngga mungkin Allah ngasihnya sembarang orang.

Allah sudah berfirman : lelaki baik mendapat wanita baik dan begitupun sebaliknya. Karena memang jodoh cerminan diri. Jadi, ngga lagi lagi ya pake alasan takut taaruf karena khawatir dapet jodoh yang zonk. Zonk tidaknya jodoh kita ditentukan zonk tidaknya kita. Pacaran pun, kalau kitanya zonk, yang top quality juga pada males deket deket, hehe. 

Nah, buat sentimental personal, alasan terkuat saya untuk berproses via taaruf salah satunya juga karena hal krusial tersebut diatas, karena jodoh adalah cerminan diri. Ketika proses taaruf saya sudah mendekati final (fix menikah) semua orang memuji saya dengan decak kagum, mengapresiasi keberanian saya untuk menikah di usia relative muda lewat proses taaruf, berkali kali menganggap saya sangat solehah (which is selalu saya aminin), sampe saya sering maluuu banget. Padahal kalau mereka tahu alasan sebenernyaa saya proses taaruf, hiks, ngga tahu deh apakah mereka masih punya pikiran yang sama.

Taaruf bagi saya adalah jawaban untuk mendapatkan jodoh terbaik dengan kualitas diri saya yang terbatas dan masih jauh dari ideal, apalagi solehah T_T. Saya tahu persis kualitas diri dan bingung banget sebenernya, karena hampir semua aspek diri harus dibenahi, saya takut dan paranoid kalau dapet jodoh yang sama-sama ngga nggenahnya kayak saya. Lah terus pernikahannya dibawa kemana dong?

And fyi, saya ngga pernah nolak atau anti pacaran lhoh sebelumnya, probabilitas pacaran atau menjalin hubungan dekat pun sudah terproyeksi berkali kali di kepala ketika mendekati masa kuliah akhir, tapi ya balik lagi, saya takut. Karena sebagai manusia, kita sangat terbatas.

Saya menganalisis : katakanlah untuk nyaman, percaya dan saling mengenal satu sama lain dalam hubungan pacaran butuh waktu 2 tahun, tapi tidak pernah ada yang jamin, setelah itu berani ke pelaminan, lagi lagi harus nunggu, kalau ternyata ada masalah dan putus, akhirnya harus cari orang baru.

Kalaupun nyatanya jadi kepelaminan, contoh ribuan pernikahan gagal yang sehari hari jadi konsumsi, seliweran dimana-mana, siapa yang mau jamin kalau pernikahan bisa berlangsung langgeng?

Dengan ketidak pastian segala sesuatunya, saya waktu itu sering diingatkan bahwa kalau pacaran itu perbuatan yang membuat Allah cemburu dan berkurang simpatinya sama kita. Parno ngga sih? Andaikan kita udah mantep, yakin seyakin-yakinnya milih seseorang sebagai pendamping hidup kita setelah pacaran 2 tahun, terus setelah 5 tahun pernikahan ada masalah, siapa yang bakal tanggungjawab? Siapa yang bisa ngebantu buat ngadepin cobaan didepan?

Ngandelin ortu yang udah sepuh pasti bakal jadi pikiran bagi beliau kalau kita curhat; ngandelin saudara, sedangkan mereka sibuk dan punya kehidupan penting masing masing,; curhat ke sahabat? misal ada yang sinyal kuat, khawatirnya nanti se Indonesia raya tahu semua problem kita hehe.

So, who else?

Cuma Allah lah satu-satunya tempat kembali, tempet curhat, tempet minta solusi. Kebayang ngga sih gimana Allah kalau kita yang seenak jidat milih pasangan tanpa minta pertimbangan Allah, tanpa permisi dan izin, pake cara yang bikin Allah cemburu, terus begitu giliran kepentok masalah, minta tolong dikuatin menghadapi masalah itu dan minta dikasi jalan keluar?

Saya sempet ngeri, ngebayangin kalau Allah bilang : Enak aja, kemaren maren ngga pake konsultasi, sekarang begitu ada problem rengek – rengek. No, selesein aja sendiri. T_T

Jleb, ituuu sakitnyaaa tuuhh disiniii jeung T_T.

Huu kok ngeri sih, tapi sebentar deh kan cuma sedikit banget tuh yang berhasil nikah tanpa pacaran, dan sisanya banyak yang pake pacaran, berarti mereka ngga bakal langgeng? Mereka ngga bakal jodoh? Terus gimana kalau udah pake proses taaruf tapi cerai atau ngga jodoh?

Nope, jodoh tidaknya seseorang itu ngga ada hubungannya sama taaruf atau ngganya. Karena ya jodoh dan rizki itu sudah saklek tertulis, sudah pasti sepasti-pastinya terjamin di lauhul mahfudz. Jadi, tanpa taaruf pun, yang jodoh bakal tetep berjodoh. Kalau suratan takdirnya langgeng ya akan langgeng dan begitupun sebaliknya.

Lah, kan jadi bingung, kalau gitu mending pacaran ajaa lah. Nyatanya tadi kalau jodoh tetep jodoh, ya berarti pacaran aja!

Salim A Fillah pernah menuliskan bahwa sama – sama jodohnya, sama – sama bakal nikahnya, sama – sama terjamin langgengnya, tapi kalau cara menjemput jodohnya dengan cara yang diridhoi dan tanpa membuat Allah cemburu maka bedanya adalah dirasa berkahnya, jodohmu mau diulurkan secara lembut dan penuh mesra oleh Allah atau dilempar dengan penuh murka?
 
Dimana letak keberkahan kalau begitu? Keberkahan yang tadi jadi faktor pembeda letaknya ada dirasa bahagia, cinta, aman dan cukup bersama pasangan. Misalnya ada musibah melanda, bukannya jadi merenggangkan tapi membuat jadi makin erat karena saling bahu membahu, misalnya ada bahagia ya semakin membuat cinta, intinya susah senang membuat ikatan pernikahan makin kuat antar suami istri sekaligus ngebikin mereka makin deket Allah.

Eh, gitu ya? Tapi apa ngga takut dengan taaruf kedepannya akan menjumpai banyak cekcok karena waktu saling mengenal ngga cukup lama? Kalau ternyata ngga cocok gimana?

Ngga usah khawatir, jodoh itu kan salah satu dari empat hal paling pasti, jadi yakinlah kalau Allah ngga bakal keliru apalagi ketuker tentang jodoh kita. Manusia di dunia ini tidak akan ada yang mati sebelum rizkinya terpenuhi semua dan jodohnya datang menjemputnya (kecuali yang qadarullahnya ditakdirkan berjodoh hanya dengan penduduk akhirat yaa like Bunda Maryam dan Aisyah istri Firaun). Kepastian ini juga berlaku dalam proses ta'aruf, ketika sekiranya Allah menjodohkan, bakal lancar semua tahapan proses, lancar ke orang tua dan keluarga, lancar segala-galanya sampe hari H. Ngga ada aral melintang yang berarti. Kalau ngga berjodoh ya pasti ngga akan sampai ke pelaminan.

Dan masalah cekcok sama beda pendapat mah ngga usah dikhawatirin, itu problem sejuta umat. yang penting kalau udah berjodoh ya bismillah dijalanin aja takdir berikutnya. Plus percaya Allah kedepannya. Yang udah ditakdirkan sebagai jodoh kita means adalah yang terbaik buat kita, insyaAllah. Perbanyak sabar dan syukur aja  kedepannya *kata ibuk =)

Bingung nih dijelasin panjang lebarnya, resume pake kalimat sederhana dong!

Intinya mah menikah itu sebisa mungkin dengan cara yang hati –hati dan cari ridhoNya, ngga lain dan ngga bukan karena pengennya nikah sekali dan langgeng sampai di FirdausNya. Because honestly, siapa mak comblang terbaik kalau bukan Allah? Trust Allah and everything will be okay.

Fifty Thousand Years before Earth and Heaven were created, 
Allah had written your spouse name next to you,

So take it easy, seganteng dan setalenta apapun kalau bukan jodoh kita ngga akan nyampe ditangan, dan se-ngga cocok apapun, kalau emang jodoh pasti akan naik ke pelaminan. Dan proses pacaran ngga pernah andil sedikitpun dalam proses kepastian ini. Semuanya hak prerogatif Allah untuk memastikan siapa berjodoh dengan siapa.

Sidenote :
Masalah tentang taaruf yang kemungkinannya cerai kayak salah satu public figure yang famous ituuh, saya ngga bisa komen banyak, wallahua’lam, kalau taaruf dilakukan sesuai syariat sesungguhnya dengan minimal zero eror (dari segi niat, visi misi, kemantapan kedepan dan pelaksanaan kehidupan berikutnya, sabar dan syukur) logikanya, harusnya lebih banyak berkahnya.  


See you at next post!

Continue Reading...

May 12, 2016

Tentang Taaruf




cr : as written

Ingat di post sebelumnya saya membahas bahwa 2016 itu menjemput kedewasaan?
What was that actually about? 
Okay, so here it was~
You know what so wonderful about 2016 for me? 
It was about the change of my status! 
From being single to be a married woman and skip the entire phase of relationshipWoohoo!! 
Yeah, like you guess, literally I married a stranger this year via ta’aruf process, 
and hopefully it will last till the end of our day. Aamiin.

Omooo, ta'aruf?!
Nikah sama orang asing, ngga takut? Bedanya apa dong sama beli kucing dalam koper?

Continue Reading...

March 03, 2016

Hellooo 2016







Hello 2016
Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian…

Selalu inget ayat ini ketika merasa waktu berlalu begitu cepat. 
Berjalannya waktu tidak pernah menunggu hingga penumpang siap. 
Maka selalu ada wanti wanti untuk tidak pernah menyia-nyiakannya. 
Dan tiba – tiba, awal bulan tiga sudah menyapa di 2016. 
We literally skipped the entire 2015. 
Okay then let's just make a reports about life over the past year.

  • Awal tahun 2015 sibuk persiapan kerja praktek apoteker di rumah sakit (RSUP Dr. Sardjito), Puskesmas (Sewon 1) dan Apotek (WIPA)
  • Sekitar bulan maret april heboh mempersiapkan berkas untuk beasiswa Australian Award Scholarship
  • Mei – Juni berjuang mempersiapkan ujian akhir studi apoteker atau biasa disebut ujian kompre (pun sekaligus berbahagia menyambut dan menjalani Ramadhan)
  • Juni – Juli – Agustus masa masa ujian kompre dan kebetulan bertepatan dengan ujian kehidupan.
  • September – Oktober – November – Desember sibuk mempersiapkan fase kehidupan selanjutnya
  • Januari 2016 masuk ke tahun baru dan masa pematangan untuk level kehidupan yang lebih tinggi
  • Februari hijrah pada level yang lebih atas dalam hidup dan pembuktiaan bahwa kedewasaan itu dating menjemput
  • Maret berada di persimpangan menjemput kedewasaan yang lebih, tidak ada lagi jalan berbalik atau mundur. Hidup berisikan tantangan dan kebaikan yang tersebar, tinggal apa yang hendak dikejar.



2016 please be kind and eventful!


Continue Reading...

Find Me !

Facebook  Twitter  Instagram

Blogroll

About

a complete pack of girl-turn-to-woman in her 20's something