January 31, 2014

Jakarta - Bandung

Share it Please

Usai otsuka, meluncurlah kami ke daerah Jakarta Barat, menuju ke penginapan. Dan penginapan yang dipilih adalah Hotel Fofic. Dipilih karena konon katanya, dekat dengan Museum Fatahillah atau daerah Kota Tua Jakarta, hanya sekitar 200 meter. Untuk hotel ini saya sih ngga recommended, meskipun kita tour dan hampir 200 an orang yang ikut, bukan berarti pelayanan seadanya. Kamar lembab seolah lama ngga dibersihkan, kamar mandi tidak nyaman sama sekali. Ini bisa jadi pilihan terakhir kalo kepepet, but if there is other choice, milih yang laen aja, hoho

Museum Fatahillah / Stadhuis/ Kantor Gubernur Belanda jaman dulu malam hari (pic the putro)
cafe batavia, indomaret, dan museum wayang pic : kompas



Soal kota tua, kota tua dimalam hari is so damn romantic. Meski saya harus ketawa ngakak karena ada indomaret yang so out of place di areal gedung gedung bersejarah itu. 

Overall tempat ini tidak berbeda jauh dengan nol kilometer jogja dan kota lama-nya semarang. Diseputaran tempat ini bisa dijumpai banyak seniman, penjual suvenir cinderamata, penjaja minum hangat, dan well (sedihnya) para pengemis. 

Mungkin ada beberapa hal yang berbeda misalnya ada bekas gedung terbakar, ada cafe batavia harganya mahal gila, secangkir teh dihargai 27K IDR dan steak 400K IDR. Hedeh. kenapa saya tahu? Karena temen saya ada yg sok abis, nyobain makan disitu. Pesen makan 1 dan teh 1 gelas buat berempat karena ngga ada duit. Haha.


Warning : Mahal :p
In fact, saya quiet thrilled mengunjungi kota tua ini, karena saya sedang membaca Jacatra Secret, a novel that told us about secret satanic symbol di Jakarta yang dulu dibangun oleh VOC. Dan... museum fatahillah memang penuh berisi lambang-lambang itu. Sayang saya hanya bisa berkunjung di malam hari, keingintahuan untuk mengexplore kalah dengan rasa khawatir dan takut. At least di malam gelap itu, meriam Si Jagur sudah saya lihat secara live, selain itu bangunan kubah oktagon tempat keluar air yang style-nya ala gereja bundar templar, gerbang utama Stadhuis plus batu ketujuh dari 13 batu bingkai gerbang yang juga terukir dengan pahatan mawar berkelopak tigabelas juga sudah saya lihat. Sayang, patung Dewa Hermes yang membawa Bowl of Hygenia ngga bisa dilihat karena berada di bagian belakang Museum, kita ngga berani kesana 

Depan meriam Si Jagur, Stadhuis

Hari kedua dijakarta dimulai dengan mengunjungi RS. MH. Thamrin di jalan percetakan negara. Karena kami peminatan klinik, harusnya kunjungan kemari menjadi salah satu kunjungan terasyik, malah semestinya jadi fokus utama. Honestly, because of some reasons that out of record, it was rather disappointing (daaan, pihak RS semacam minta retribusi pada tiap anak, feedbacknya ngga baguss T_T).

Tips #1: kalau kalian calon calon praktisi kesehatan, maka usahakan – sesusah apapun – untuk bisa goal mengunjungi the extraordinary one. Jangan hanya yang sekedar rumah orang yang sakit. Mungkin nama-nama besar seperti RS Margono (Purwokerto), RS Darmais, RS Jantung Harapan Kita, bisa jadi rujukan.

Fact #1 RS Cipto Mangunkusomo tidak lagi melayani kunjungan dari mahasiswa KKL T_T

Museum mini Dr. Martha Tilaar


Lokasi berikutnya adalah PT Martina Berto, produsen dari martha tilaar brand (itu lho, sariayu, bellia, PAC, dkk). Disini kami bersama teman-teman minat industri dan bahan alam melakukan factory visit dan pengenalan lebih dekat dengan produk – produk martha tilaar. Selain itu, agenda yang lain adalah jalan-jalan ke museum mini dari Ibu Martha Tilaar and penukaran voucher gratis. Bisa dituker dengan macem macem barang. Kalo saya jelas berburu everything related to acne.

Hasil nuker voucher ketambahan 11 ribu ~~ *dari kiri* a) sabun muka b) pelembab c) hairmist d) lotio kumeferdi 

Fact #2 baru tahu kalo brand martha tilaar ada sampai 10 ~
Fact #3 di Martha Tilaar tidak digunakan pewangi ruangan, yang dipakai adalah bahan-bahan wangi alami, seperti melati.

Setelah berkunjung, saya tiba-tiba punya semacam sisi negatif dan positif terhadap brand dan perusahaan ini. Positifnya adalah MT keren badai, ide kreatifitas, pengembangan, manajemen top markotop. Meskipun produk lokal dan banyak menggunakan bahan baku asli dari alam, kualitasnya tidak diragukan lagi. Scoring nilai plus plus dimata kami para mahasiswi farmasi, terutama yang menekuni bidang bahan alam. 

Selain itu, program share benefit Martha Tilaar dipakai untuk mengembangkan kemampuan para pioneer pejuang garis depan jamu. Baik itu empowering woman kindnya ataupun pengembangan jamu secara ilmiah. That was great. But there is one negative feeling which was hard to explain. Two things that trigger such negativity were long history of rivalry between MT and Mustika Ratu and the eagerly-forced fact about their halal mark. The last one seems like
 an counteract toward Ward*h rapid-growth-selling products.

Anyway, lets back to the journey and we went to Bandung ~~

Di bandung tidak banyak yang bisa diceritakan kecuali hotel dan trans studio. Haha. Menginap di hotel Yehezkiel @ Jalan Surapati, berasa surga kalau dibanding dengan hotel sebelumnya. Let’s said that yehezkiel is everyone standard preferable hotel. Recommended.


And trans studio. 
Exceed my expectation. 
Terutama bangunan yang saat ini sedang dibangun di depan kompleks Studio-Mall-Hotel. 
Awalnya ngga ngeh bangunan apa itu, tingginya hampir menyerupai TSM -sekitar 4-5 lantai. Akhirnya sadar ketika harus meninggalkan lokasi, saat bisa berbelok dan membuat sudut pandang mata bertemu dengan kubah besar diatas bangunan, itu masjid. Squeeee. Terharu.

Pemandangan di Studio Central
Trans studio.
Tempat ini seru gila. Haha. Total ada 20 wahana menarik yang bisa dinikmati. Being not a coward not the brave my self, i had been only try eight of them. 

Pelabuhan Udara Sky Pirates
Dimulai dari jalan-jalan liat view Trans Studio via udara, Sky Pirates (menikmati view lewat jalur yang dekat dengan atap TS menggunakan carriage berbentuk kapal bajak laut). 

Foto sama Grim Reaper
Ekspedi lanjut sama Jelajah, wahana dengan kapal yang bisa naik ke puncak semacam bukit yang tinggi dan meluncur ke bawah, ala sliding @ waterboom 







Uji nyali di Dunia lain (rumah hantu yang ngga nakutin sama sekali, tapi lama banget berasanya di dalem), 
nyoba ngerasain dilempar-lempar sentrifugal ala Punggung Naga by Dragon Riders
lanjut sama up and down life experiences
with Negeri Raksasa 
(permainannya ala histeria dufan)





Istirahat sebentar dengan mengembalikan otak ke kepala via Science center, semacam gedung ovalnya taman pintar.

Terus lanjut penasaran sama Racing Coaster. Wahana terkeren yang pernah saya rasain seumur hidup. Pas kami dateng (sekitar jam 10.20 AM, TS baru aja buka, dan wahana racing coaster belum berjalan, baru jalan setelah jam 12 siang) tidak terlihat dari luar bagaimana permainan ini berlangsung, karena lahan yang kecil dan lekukan coaster yang tampak tidak membahayakan saya merasa ini akan lebih aman dibanding coaster lainnya yang notabene selalu ditemani rel dengan tukikan curam. Ohya, biasanya rel dari coaster selalu berbentuk oval/lingkaran gepeng dengan maksud sebagai jalur untuk kembali ke start, tapi rel dari TS racing coaster tidak begitu. Ujung dari tracknya lancip, tanpa menyediakan jalan pulang.

Track Racing Coaster, ujungnya lancip mamen, kita balik dengan cara mundur kebelakang *_*

Ternyata, salah banget saudara-saudara! 

Yap, relnya emang ngga panjang, tukikan curam tidak ada, hanya ada track melingkar. Tapi mesin itu sejak detik pertama udah gas pol jaya, 120 km/jam. Yang mana itu berarti *konon katanya* cuma butuh 3,5 detik buat nyampe di ujung mentok track. Karena ngga ada track untuk kembali ke start, maka racing coaster menawarkan alternatif lain, yaitu menarik mundur kami dengan kecepatan 120 km/jam melewati jalur tadi sudah kami lewati. Kyaaaaa. 


credit : amyunus
Meski saya ngga ngitung berapa total perjalanan dengan racing coaster, jelas lama kalo buat standar saya, tapi waktu di situ bener-bener ngerasain pengalaman antara hidup mati. Berasa sirothol mustaqim. Kyaaaa. Kyaaaaa. Kyaaaa. Huh.huh. huh. Kaki masih gemetar hingga beberapa detik setelah kami kembali ke start. And i actually clap my hands in the end. Sebuah ekspresi kagum, kaget, tidak percaya dan bersyukur karena masih selamat. Haha. Its damn frightening, but was so cool. Once in a life time, kalian perlu merasakan perasaan nano - nano macam itu. Thumbs up.

Tapi, salah strategi deh habis itu, tanpa jeda langsung menuju ke Super Heroes 4D, daaaaan goncangan di kursinya setelah seluruh tubuh di putar putar via racing coaster ngebuat ngga bisa nikmati filmnya sama sekali. Mual, pengen muntah sejak di menit ketujuh filmnya maen. Padahal tamatnya film baru 8 menit setelah itu T_T

Tips #2 : untuk prosesi aman dalam menaiki wahana 1) bawa kresek hitam di kantongg celana 2) setelah menaiki wahana ekstrim satu jangan segera ke wahana ekstrim lainnya, beri jeda sekitar 20-30 menit, baru goyang lagi. ahaha

Dan, sekitar jam 2 saya and the gank memutuskan untuk keluar dr TS, masuk ke TSM, cooling down sambil menenangkan perut. Berharap setelah tenang , perjalanan pulang tidak terancam dengan muntah dijalan.

Fact #4 : Karyawannya, Trans Studio jempol abis. Ramah, baik dan kalian bisa minta tolong ke semua karyawan buat ngambilin foto. Plus lagi, mamang dan tetehnya manis manis semua #eaa-salah-fokus

Oleh – oleh
Ngga sempet ke cibaduyut karena waktu yg ngga memungkinkan, ke FO di jalan Dago apalagi. Jadi pilihannya tinggal kuliner. Rombongan mampir ke Kartika Sari, ketika disana saya pengen nyoba beda dari yang laen, belinya ngga cuma bolen tapi juga roti asinnya, ala roti pizza. Dan ternyata enak kali mamen, empat jempol. Dan harganya juga selisih dua ribu lebih murah dari bolen, bisa jadi pertimbangan.

Terus jangan mau dibohongin sama tempat oleh - oleh yang bagus, peyem itu sekilonya 5000, makanya pas kemaren si mamang bilang 7,5 K saya ga jadi beli. Terus mochi serenteng itu 10K, tapi di tempat bagus dibilang serentengnya 22K. Hedeh.


And... final question is Jakarta atau Bandung?
Bandung! Ga perlu berpanjang lebar kenapa. Semua orang diluar sana tahu alasannya. Not to mention saya lagi fall in love sama kinerja Kang Emil *_* uhuk! Bandung all the way. 

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar =D

Find Me !

Facebook  Twitter  Instagram

Blogroll

About

a complete pack of girl-turn-to-woman in her 20's something