Selalu seperti itu, hidup bergilir, berputar,
meski bumi yang dipijak masih sama,
meski matahari tak sejenak pun mengambil rehat.
dan juga akan seperti itu,
untuk setiap awal selalu ada akhir,
untuk setiap perjumpaan ada perpisahan yang menjadi takdir.
beberapa waktu terakhir banyak sekali kejadian yang secara implisit adalah peringatan dariNya. mulanya, hanya sesuatu yang kuanggap sebagai hal lumrah terjadi untuk seseorang yang sudah diberi berkah hidup. bukankah kematian itu memang sesuatu yang wajar? toh lagipula jiwa yang mati itu hanya hilang dari raga, yang sesungguhnya jiwa itu masih bersemayam, menunggu waktu untuk pengadilanNya.
tapi, . . . .
kejadian itu terus berulang.
dalam dua pekan ini peringatan akan kepergian seseorang melingkupi zona orang-orang yang kukenal. entah ibunda dari sahabatku, putra dari tetangga sebelahku, teman dari sahabatku.
klimaksnya adalah ketika suatu pagi -di mana aku lalai dari mengerjakan suatu sunnah-,
aku terbangun, dengan mata melotot, dan hati mencelos. baru saja sebuah mimpi buruk menyapa tidurku.
di mimpi itu aku melihat ada pasangan yang berbahagia karena hati mereka sudah disatukan olehNya. sangat membahagiakan melihatnya, tidak begitu jelas memang siapa mereka, tapi aku tahu bahwa mereka adalah teman-teman seperjuanganku, keduanya.
lalu gelap, melesat cepat. seperti melihat scene2 pada layar bioskop.
tak tahu bagaimana bisa, yang jelas di mimpi itu waktu sudah berlalu beberapa tahun, dan ketika acara lustrum sekolah kami, aku bertemu lagi dengannya. aku melihat teman laki-lakiku sudah menggendong seorang gadis kecil berusia batita. ketika ku tanyakan dimana ibunda gadis kecil itu, temanku hanya menjawab, dia sudah pergi...
... dan seketika itu juga aku terbangun. menyadari bahwa sepenggal kisah itu hanya mimpi.
mimpi yang kembali menyadarkanku.
bahwa hidup itu hanya titipan.
bahwa hidup itu hanya 'sepenggal kisah'
bahwa pertemuan kita denganNya itu adalah sesuatu yang tak bisa diganggu gugat, tak bisa ditawar.
dan bahwa kematian itu bisa datang kapan saja, bahkan di saat terbahagia hidup kita, seperti dalam mimpi yang Dia kirimkan padaku.
untuk setiap awal akan selalu ada akhir.
bisa detik ini, bisa detik berikutnya,
saat jiwa tersenyum, saat jiwa tersisih sendiri,
saat bahagia itu datang atau hilang.
meski bumi yang dipijak masih sama,
meski matahari tak sejenak pun mengambil rehat.
dan juga akan seperti itu,
untuk setiap awal selalu ada akhir,
untuk setiap perjumpaan ada perpisahan yang menjadi takdir.
beberapa waktu terakhir banyak sekali kejadian yang secara implisit adalah peringatan dariNya. mulanya, hanya sesuatu yang kuanggap sebagai hal lumrah terjadi untuk seseorang yang sudah diberi berkah hidup. bukankah kematian itu memang sesuatu yang wajar? toh lagipula jiwa yang mati itu hanya hilang dari raga, yang sesungguhnya jiwa itu masih bersemayam, menunggu waktu untuk pengadilanNya.
tapi, . . . .
kejadian itu terus berulang.
dalam dua pekan ini peringatan akan kepergian seseorang melingkupi zona orang-orang yang kukenal. entah ibunda dari sahabatku, putra dari tetangga sebelahku, teman dari sahabatku.
klimaksnya adalah ketika suatu pagi -di mana aku lalai dari mengerjakan suatu sunnah-,
aku terbangun, dengan mata melotot, dan hati mencelos. baru saja sebuah mimpi buruk menyapa tidurku.
di mimpi itu aku melihat ada pasangan yang berbahagia karena hati mereka sudah disatukan olehNya. sangat membahagiakan melihatnya, tidak begitu jelas memang siapa mereka, tapi aku tahu bahwa mereka adalah teman-teman seperjuanganku, keduanya.
lalu gelap, melesat cepat. seperti melihat scene2 pada layar bioskop.
tak tahu bagaimana bisa, yang jelas di mimpi itu waktu sudah berlalu beberapa tahun, dan ketika acara lustrum sekolah kami, aku bertemu lagi dengannya. aku melihat teman laki-lakiku sudah menggendong seorang gadis kecil berusia batita. ketika ku tanyakan dimana ibunda gadis kecil itu, temanku hanya menjawab, dia sudah pergi...
... dan seketika itu juga aku terbangun. menyadari bahwa sepenggal kisah itu hanya mimpi.
mimpi yang kembali menyadarkanku.
bahwa hidup itu hanya titipan.
bahwa hidup itu hanya 'sepenggal kisah'
bahwa pertemuan kita denganNya itu adalah sesuatu yang tak bisa diganggu gugat, tak bisa ditawar.
dan bahwa kematian itu bisa datang kapan saja, bahkan di saat terbahagia hidup kita, seperti dalam mimpi yang Dia kirimkan padaku.
untuk setiap awal akan selalu ada akhir.
bisa detik ini, bisa detik berikutnya,
saat jiwa tersenyum, saat jiwa tersisih sendiri,
saat bahagia itu datang atau hilang.
ya, hidup itu memang hanya sementara.
jadi, buat hidup itu bermanfaat sebisa kita.
untukNya dan hanya karenaNya
taukah teman-teman. keesokan hari setelah tulisan ini di publish, aku terbangun karena sebuah mimpi lagi.
ReplyDeletedan mimpi itu masih tentang kematian...
...mengerikan memang, bagi seseorang yang belum siap menemui Sang Maha Pencipta karena hutang dosanya masih banyak sepertiku,
tapi jelas aku selalu berharap semoga semua pelajaran ini tidak membuat ketakutanku semakin besar, tapi membuat persiapanku meningkat dan tawakalku pasrah terikat takdirNya.
amin.
setelah pagi2 menjelang ujian kau ceritakan hal itu,,,aku pun memikirkan hal yang sama tan...
ReplyDeletesampe pas ngerjain ujian pun masih kebayang-bayang....
Allah masih sayang sama kita sehingga Ia selalu mengingatkan kita...
jeki is : masih butuh banyaaaak persiapan...
wanna always prepare for it,sehingga tak akan ada perbuatan yang sia-sia